BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Memandangnya, biarpun dia hanya dapat mengagumi lekuk-lengkung tubuh belakang di balik pakaian sederhana. Yu Goan terpesona.
Dan sedikit kulit tengkuk yang putih kuning yang membayang di antara dua kepang rambut yang hitam subur, anak-anak rambut yang melingkar indah di atas tengkuk.
Dan garis pipi kemerahan dilindungi sebuah telinga yang kecil panjang dan tipis. Semalam suntuk tidak terjadi sesuatu, tidak ada benda-benda mencorong atau makhluk aneh muncul.
Yu Goan tenggelam dalam kekaguman sehingga dia tidak merasa betapa malam telah lewat.
Dirasakannya sebentar saja dan tahu-tahu dia mendengar bunyi ayam hutam berkokok dan sinar keemasan membayang di timur.
Malam telah lewat dan pagi mulai menjenguk di ambang timur! Siauw Bwee mengulet enak sekali, membalikkan tubuh. Makin terpesona lah Yu Goan di buatnya.
Menegangkan otot-otot dan mengembangkan kedua lengan ke atas kepala, menguap kecil. Pemandangan ini sedemikian indah mengharukan bagi Yu Goan.
Membuatnya terpesona akan tetapi ketika hatinya mencela mata yang menikmati pemandangan itu, dia cepat mengalihkan pandang dari tubuh dan muka yang kini telentang itu, menunduk.
Kokok ayam hutan memasuki pendengaran Siauw Bwee dan seketika dia meloncat bangun, membalik dan memandang ke arah api unggun yang masih menyala.
Dan ke arah pemuda yang masih duduk dekat api unggun. Mata gadis itu bersinar marah dan ia membentak.
“Terlalu sekali! Sudah pagi! Mengapa kau tidak membangunkan aku? Mengapa membiarkan aku tidur kesiangan dan tidak memberi kesempatan padaku untuk melakukan gilir berjaga?
Apa maksudmu?” Yu Goan bangkit berdiri dan menjawab halus, “Maaf, Nona. Hanya ada dua pilihan bagiku malam tadi.
Pertama, aku harus melihat Nona terganggu dari tidur nyenyak kalau aku membangunkan Nona. Ke dua, aku harus menghadapi kemarahan Nona kalau aku tidak membangunkan Nona.
Dari dua pilihan itu, aku memilih yang ke dua. Aku menerima salah dan siap menerima hukuman.”
Bagaimana mungkin orang bisa marah menghadapi sikap yang menyerah seperti inl? Apalagi pemuda itu jelas bermaksud bahwa rela dimarahi daripada mengganggunya dari tidur nyenyak!
Kalau dia toh marah terus, berarti dia yang keterlaluan! Seketika kejengkelan hati Siauw Bwee lenyap dan dara ini menurunkan kedua lengan yang tadi menegang, membanting kaki kiri dan berkata,
“Aihhhh! Engkau membikin aku tidak enak saja. Kalau tahu begini, aku tidak mau tidur sedikitpun juga, apalagi tidur semalam suntuk dan membiarkan engkau melakukan penjagaan!”
“Tapi aku senang sekali melakukan penjagaan, Nona. Dan semalam tidak ada muncul peristiwa sesuatu.
Agaknya iblis-iblis itu telah merasa takut mendengarkan ancamanmu.” Siauw Bwee teringat dan cepat ia menyambar pedangnya, digantungkan di punggung.
“Ahh, sekarang kita dapat mencari iblis-iblis itu! Kalau ada jejak kakinya, berarti bukan iblis!” “Engkau benar, Nona. Mari kita mencari!”
Dua orang muda itu lalu mencari di antara rumput alang-alang dan tetumbuhan di sekitar tempat itu, di tempat-tempat di mana semalam.
Mereka melihat benda-benda mencorong dan dapat dibayangkan betapa …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader