BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Diam-diam ia merasa terharu mendengar pengakuan sahabatnya. Dia pun percaya bahwa sebetulnya sahabatnya yang berjuluk jai-hwa-sian itu tidaklah memiliki dasar watak yang jahat.
Memiliki sebuah penyakit yang ditimbulkan oleh dendam kebencian terhadap wanita sehingga terciptalah dorongan nafsu berahi yang tidak wajar.
Di samping kekejaman yang amat mengerikan terhadap kaum wanita. Bu-tek Lo-jin memandang dengan matanya yang tua dan mulut yang tak bergigi lagi.
“Heh-heh, kalau engkau mengerti yang baik, coba terangkan, apakah kebaikan itu?” Tanpa ragu-ragu Suma Hoat menjawab, “Apa yang baik menurut perasaan hati teecu, itulah baik bagi teecu!”
Im-yang Seng-cu mengerutkan alisnya dan menganggap betapa piciknya jawaban sahabatnya itu. Akan tetapi Bu-tek Lo-jin tertawa bergelak sampai keluar air matanya.
“Huah-ha-ha-hah, berbahaya sekali! Perasaan hati dapat dikuasai nafsu sehingga bukanlah hati yang murni yang akan diturut, melainkan nafsu. Akan tetapi, setidaknya engkau jujur, muridku.”
“Mengaku apa adanya, tanpa ditutupi kepalsuan. Bagiku, masih lebih kuhargai seorang penjahat yang mengaku dirinya jahat daripada seorang baik yang menyombongkan kebaikannya.”
Nah, mulai sekarang engkau menjadi muridku yang bungsu, murid terakhir sebelum aku lenyap ditelan maut. Engkau siap menerima warisan ilmu-ilmuku?”
“Teecu siap, Suhu.” “Nah, kalau begitu, mari kauikut aku pergi dari tempat ini!” Kakek aneh itu bangkit dan Suma Hoat juga bangkit berdiri.
“Heii, nanti dulu, Suma Hoat! Apakah kau lupa untuk membalaskan kematian kedua orang bibimu?” Im-yang Seng-cu menegur. Suma Hoat memandang gurunya.
“Suhu, teecu harus membunuh Hoat Bhok Lama dan membasmi Beng-kauw palsu yang mereka rampas dari tangan kedua bibi teecu yang telah tewas.”
Setelah itu baru teecu akan mengikuti Suhu” Bu-tek Lo-jin mengerutkan alisnya. “Mengapa kau hendak membunuhnya? Untuk membalas dendam kematian kedua bibimu?”
Suma Hoat yang cerdik itu ternyata sedikit banyak telah dapat menyelami dan mengenal watak gurunya yang amat aneh itu. Ia menggeleng kepala dan menjawab,
“Sebagai murid, teecu harus mencontoh Suhu. Suhu sama sekali tidak mendendam kepada Hoat Bhok Lama padahal Suhu dicelakainya.
Tidak, teecu bukan hendak membonuhnya karena dendam, melainkan karena teecu harus memberantas kejahatan yang dilakukan Hoat Bhok Lama dan anak buahnya.
Teecu harus menolong dan melindungi orang-orang dari ancaman perbuatan jahat mereka.” Kembali kakek itu tertawa bergelak,
“Ha-ha-ha-ha! Pikiran keruh, pendapat yang kacau-balau. Siapakah engkau ini yang dapat memberantas kejahatan yang dilakukan orang-orang?
Siapakah engkau ini yang dapat menolong dan melindungi orang-orang? Khayalan kosong melompong!
Akan tetapi selama ucapan dan perbuatanmu sejalan dengan isi hatimu, engkau jujur dan tulen. Hayolah, aku pun ingin sekali mengetuk satu kali kepala Hoat Bhok Lama yang botak, ha-ha-ha!”
Setelah berkata demikian, Bu-tek Lo-jin yang masih tertawa-tawa itu menyambar lengan Suma Hoat, meloncat dan sekali berkelebat tubuh …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader