BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Suma Hoat pun berkata, “Mari, Nona. Kau akan kukawal ke kota raja dan jangan khawatir, aku akan melindungimu dengan seluruh jiwa ragaku.”
Ucapan ini membuat wajah Si Dara Jelita menjadi merah, akan tetapi kedukaannya terlalu besar sehingga mengurangi rasa kegembiraan aneh yang menyelinap di rongga dadanya ketika ia duduk atas panggung kuda.
Di depan pemuda tampan yang telah menolongnya itu. Selama hidupnya, baru pertama kali itu Suma Hoat mengalami hal yang aneh dalam hatinya.
Jantungnya berdebar luar biasa sekali, rasa girang yang amat besar menyelimuti hatinya, dan di balik rasa girang ini terselip rasa sakit di hatinya.
Karena dara ini hendak dikawinkan dengan orang lain! Kekecewaan yang amat keras dan aneh. Mengapa dia menjadi begini?
Tak dapat disangkal bahwa dia selalu tertarik oleh wajah cantik jelita, akan tetapi selamanya dia tidak pernah menginginkan wanita yang menjadi milik orang lain!
“Eh, Suma Hoat, kau ini mengapakah?” Berulang-ulang ia bertanya kepada dirinya sendiri, tak terasa lagi menjalankan kudanya perlahan karena dia tidak ingin cepat tiba di kota raja.
Tidak ingin dirampas kenikmatan dan kebahagiaan hatinya duduk berdua di atas kuda bersama dara yang bernama Ciok Kim Hwa ini!
Kereta yang dibalapkan Siangkoan Lee sudah jauh sekali dan sudah tidak tampak, juga tidak terdengar derap kaki, kuda dan roda kereta….
Suma Hoat tak dapat menahan getaran hatinya dan ia bertanya halus, “Nona….” Ia meragu dan tidak melanjutkan kata-katanya.
Dara itu menanti sebentar, karena lama pemuda itu tidak melanjutkan, dia menoleh dan berkata, “Ada apakah, Inkong?”
Suma Hoat memejamkan mata karena tidak kuat menyaksikan wajah yang begitu dekat dengannya, mencium bau harum yang keluar dari rambut dan muka dara itu.
“Kenapa, In-kong?” tanya Kim Hwa yang terheran-heran melihat pemuda itu memejamkan mata. “Jadi…. Nona akan…. menikah dengan pemuda keluarga Thio….?”
Wajah itu tiba-tiba menjadi merah sekali dan cepat dipalingkan tidak berani menentang pandang mata Suma Hoat.
Sampai lama nona itu tidak menjawab dan Suma Hoat merasa betapa tubuh didepannya itu gemetar. Akhirnya terdengar nona itu menjawab lirih.
“Bu…. bukan pemuda, melainkan seorang duda tua, adik dari Thio-taijin….!” Suma Hoat mengangkat alisnya dan membelalakkan matanya.
“Seorang duda tua?” Dara itu mengangguk dan menarik napas panjang. “Kenapa engkau mau, Nona?” Kim Hwa mengangkat muka memandang.
“Bagaimana saya dapat menolak kehendak orang tua, In-kong? Yang melamar adalah Thio-taijin untuk adiknya yang sudah mempunyai belasan orang anak, dan yang telah mempunyai banyak selir pula.
Bagaimana saya dapat menolak….?” Kalimat terakhir itu mengandung isak dan Kim Hwa menundukkan muka, kelihatan berduka sekali.
“Ah, kasihan engkau, Nona. Seorang dara semuda Nona, cantik jelita, dipaksa menikah dengan seorang bandot tua!” Suma Hoat merasa penasaran sekali dan mendengar ucapan Suma Hoat, Kim Hwa terisak-isak….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader