BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kim Hwa ini menangis sesenggukan. Suma Hoat merasa makin kasihan. Dengan gerakan halus ia menyentuh pundak yang bergoyang-goyang itu dan berkata.
“Jangan menangis, Nona, dan jangan berputus asa. Seperti telah kukatakan tadi, aku akan melindungimu dengan seluruh jiwa ragaku.
Kalau engkau tidak suka menikah dengan duda tua keluarga Thio itu, kautolak saja dan aku yang akan melindungimu!”
Ucapan penuh semangat ini membuat Kim Hwa menjadi terharu dan berterima kasih sekali sehingga tangisnya makin mengguguk.
Ketika Suma Hoat menghiburnya dengan mengelus rambut kepalanya yang hitam panjang dan halus, Kim Hwa tersedu dan merebahkan kepalanya di atas dada Suma Hoat!
Sampai lama mereka berada dalam keadaan seperti itu, tanpa kata-kata namun keduanya yakin apa yang terjadi dengan perasaan hati masing-masing.
Kuda yang mereka tunggangi berjalan perlahan seenaknya, agaknya tidak mau mengganggu majikannya yang sedang dilanda asmara.
Jari-jari tangan Suma Hoat yang mengelus-elus rambut itu seolah-olah mengeluarkan getaran yang membuat Kim Hwa memejamkan mata dengan sepasang pipinya, yang menjadi kemerahan.
Tiba-tiba kuda putih yang tadinya melangkah, perlahan dan tenang, menghentikan langkahnya hidungnya kembang-kempis, kemudian mengeluarkan suara meringkik keras dan keempat kakinya menggaruk-garuk tanah.
“Eh, Pek-ma (Kuda Putih), ada apakah?” Suma Hoat yang sedang diterbangkan ke angkasa kemesraan itu terkejut, melepaskan belaian tangan nya pada rambut Kim Hwa dan cepat menyambar kendali untuk menguasai kudanya.
Sebagai jawaban, tiba-tiba terdengar suara gerengan yang menggetarkan hutan itu, gerengan seekor harimau yang berada di dalam gerumbulan dan yang kini keluar sambil memandang ke arah kuda.
“Celaka, In-kong….!” Kim Hwa menjerit penuh kengerian dan kedua lengannya otomatis merangkul pinggang pemuda itu, tubuhnya gemetar.
“Tenanglah, Nona. Aku memang sedang mencari-cari harimau itu. Mari kita turun dan kautunggu saja di sini sampai aku selesai membunuh pengganggu dusun-dusun ini.”
Tanpa menanti jawaban, Suma Hoat sudah memondong tubuh Kim Hwa turun dari atas punggung kuda putih yang juga berdiri menggigil ketakutan.
Ia menurunkan Kim Hwa yang berdiri dengan muka pucat di dekat kuda, matanya terbelalak memandang ke arah harimau yang besarnya luar biasa dan kepada penolongnya yang kini melangkah maju menghampiri harimau dengan senyum tenang di wajahnya yang tampan!
Suma Hoat memandang harimau yang dihampirinya itu penuh kagum. Pantas saja penduduk dusun tidak berdaya menghadapi pengganggu ini.
Kiranya seekor harimau yang luar biasa besarnya, sebesar anak lembu, dengan matanya yang liar tajam dan sikapnya yang angkuh dan memandang rendah seperti sikap seorang raja besar!
“In-kong…., pedangmu…. gunakan pedangmu….!” Terdengar suara Kim Hwa gemetar penuh kekhawatiran.
Dara ini melihat betapa penolongnya itu sudah dekat sekali dengan harimau akan tetapi masih saja bertangan kosong. Hanya orang gila saja yang melawan harimau sebesar itu….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader