BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tidak berani membantu mereka berdua. Partai-partai besar yang mengkhawatirkan kedudukan mereka segan untuk memusuhi Beng-kauw yang amat kuat itu.
Dengan kecewa dan penasaran, akhirnya kedua orang enci adik itu mengambil keputusan terakhir, yaitu maju sendiri tanpa bantuan.
Mengadu nyawa dengan Ketua Beng-kauw yang sakti untuk membalas dendam kematian suami dan saudara-saudara mereka, dan untuk merampas kembali Beng-kauw.
Mereka telah mempersiapkan diri dengan tekad bulat mempertaruhkan nyawa dan mempersenjatai diri dengan lengkap. Sebatang pedang di tangan kanan dan sebatang cambuk di tangan kiri.
Pecut di tangan mereka yang berwarna hitam itu bukanlah senjata sembarangan, tidak kalah ampuhnya dengan pedang di tangan mereka.
Pecut itu dahulunya adalah senjata dari paman kakek, juga guru mereka, Kauw Bian Cinjin. Pecut itu terbuat dari pintalan rambut monyet hitam raksasa.
Yang hanya terdapat di Pegunungan Himalaya dan senjata ini mengeluarkan pengaruh mujijat dan hawa panas. Pecut ini dahulu hanya sebuah.
Kemudian oleh Kauw Bian Cinjin dijadikan dua dan menjadi dua buah pecut kecil sebagai senjata kedua orang cucu keponakan, juga muridnya.
“Moi-moi, hati-hati, kita sudah mendekati benteng. Kita belum pernah menyerbu dari utara akan tetapi aku menduga bahwa di bagian ini pun tentu banyak terdapat jebakan-jebakan dan alat rahasia.”
“Siapkan senjatamu dan jangan sembrono melangkahkan kaki.” “Baik, Cici,” jawab Siang Hui dan dia berjalan di belakang cicinya karena Siang Kui lebih berpengalaman disamping lebih tinggi tingkat ilmunya.
Mereka berhenti di tepi padang rumput yang membentang luas di antara mereka dan tembok benteng. Di kanan kiri mereka terdapat gunung-gunung batu karang.
“Hemm, begini sunyinya dan tenang. Amat mencurigakan!” kata Siang Hui. “Benar, kita harus menyelidiki dulu, baru boleh melintasi padang rumput ini. Siapa tahu di bawahnya tersembunyi jebakan.”
Berkata demikian, Siang Kui mengambil sepotong batu untuk dilemparkan ke arah rumput yang hijau segar di sebelah depan.
“Trakk!” Batu itu hancur berkeping-keping disambar sinar merah dari samping dan kepingannya jatuh ke atas rumput tanpa menimbulkan reaksi apa-apa.
Dua orang wanita perkasa itu cepat menengok ke kiri dan mereka memandang dengan muka merah dan mata terbelalak penuh kemarahan kepada seorang kakek yang sudah berdiri di situ sambil tertawa bergelak.
Hoat Bhok Lama, musuh besar yang mereka cari-cari, pembunuh Kauw Bian Cinjin, suami mereka dan para tokoh Beng-kauw yang lain!
Inilah orang yang telah merampas nama Beng-kauw, menghancurkan Beng-kauw aseli yang didirikan oleh kakek mereka, Pat-jiu Sin-ong Liu Gan dan kini mengangkat diri menjadi Ketua Beng-kauw.
Membawa anak buah Beng-kauw menyeleweng ke arah jalan sesat! “Ha-ha-ha, kalian berdua perempuan keras kepala, sudah berkali-kali kami beri ampun mengingat bahwa keturunan pendiri Beng-kauw hanya tinggal kalian berdua.
“Mengapa masih belum bertobat dan datang mengantar nyawa? Bukankah lebih baik kalian yang menjadi janda, masih cantik, mencari suami-suami baru sebelum terlambat sehingga …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader