BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menduga bahwa tentu saja senjata rahasia itu mengandung racun berbahaya, maka tentu saja mereka mulai merasa khawatir sekali.
Tiba-tiba terdengar suara melengking seperti suling dengan lagu yang amat aneh, makin lama makin keras.
Tak lama kemudian terdengar jerit ketakutan disusul robohnya beberapa orang anggauta perampok.
“Ular….! Ular….!” Dua orang kepala rampok itu membelalakkan mata dan terkejut bukan main ketika melihat puluhan ekor ular berbisa telah berada di situ dan dengan ganas menyerang anak buah mereka!
Ketika mereka memandang, tak jauh dari situ berdiri seorang pemuda tampan yang dengan tenangnya meniup sebatang suling yang bentuknya aneh.
Mengertilah mereka bahwa laki-laki muda itulah yang menggerakkan ular-ular itu dengan suara sulingnya. Sambil berseru marah keduanya meloncat ke arah laki-laki itu dengan cambuk dan golok di tangan.
“Tar! Tar!” Dua batang cambuk menghantam kepala laki-laki itu, namun dengan tenang laki-laki itu mengulur tangan kiri, menangkap kedua ujung cambuk dan sekali renpgut kedua batang cambuk, itu putus tengahnya!
Dua orang kepala rampok makin marah, golok mereka membacok, namun pemuda itu hanya menggeser kaki dan dua batang golok itu luput.
Lalu tiba-tiba tampak sinar berkelebat dua kali dan robohlah dua orang kepala rampok dengan dada terbuka mengucurkan darah.
Sedangkan pemuda yang melakukan semua itu dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan tetap memegang suling yang ditiup.
Kini dengan tenangnya menyimpan kembali pedang yang tadi ia pergunakan membunuh dua orang kepala rampok itu. Liang Bi dan Cui Leng melihat bahwa peniup suling itu bukan lain adalah Si Pemuda Tampan yang telah mengaku sahabat mereka!
Cui Leng berseru girang, akan tetapi Liang Bi mengerutkan alisnya. Betapapun juga, kedua orang dara perkasa ini mengamuk lebih hebat sehingga dalam.
Waktu sebentar saja, robohlah semua gerombolan perampok, tidak ada seorang pun yang dapat lolos, sebagian roboh oleh pedang kedua pendekar wanita ini, sebagian lagi oleh sebagian ular-ular yang mengamuk.
Pemuda yang bukan lain adalah Suma Hoat itu, menghentikan “lagu” sulingnya dan meniup suling dengan suara meninggi dan pendek-pendek.
Ular-ular itu merayap pergi seolah-olah diusir oleh bunyi pendek-pendek ini dan sebentar saja tidak tampak seekor pun ular di situ.
Adapun Liang Bi, dan Cui Leng, cepat-cepat menjauhkan diri ke tempat yang bersih, duduk bersila dan mengerahkan sin-kang untuk melawan racun yang menjalar ke tubuh mereka melalui luka di tubuh yang terkena senjata rahasia.
“Syukur bahwa Ji-wi selamat. Memang perampok-perampok di sini amat berbahaya,” terdengar Suma Hoat berkata. Liang Bi dan Cui Lang membuka mata, yang pertama memandang dengan alis berkerut, yang kedua dengan mata berseri.
“Kalau tidak cepat engkau datang bersama barisan ularmu yang hebat, tentu kami telah tewas, sobat baik!” kata Cui Leng tersenyum lalu menggigit bibir menahan rasa sakit.
Liang Bi makin tak senang, akan tetapi ia pun cepat berkata, “Terima kasih atas pertolongan Kongcu.”…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader