BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Hatinya mengkal terhadap sumoinya. Dia mengenal sumoinya yang berwatak jenaka, riang dan lincah, akan tetapi memuji-muji seorang pemuda tampan benar-benar hal ini dianggap keterlaluan dan tak tahu malu!
Betapa heran hati kedua orang gadis itu ketika dengan membongkok-bongkok Si Pelayan berkata, “Sudah dibayar, Ji-wi Siocia.
Semua hidangan sudah dibayar lunas oleh sahabat Ji-wi tadi. “Sudah dibayar? Oleh sahabat yang mana?” Gadis baju biru bertanya. Pelayan itu membungkuk-bungkuk tersenyum.
“Oleh Kongcu tadi yang mengaku sahabat Ji-wi. Dia baik sekali, pembayarannya kelebihan banyak akan tetapi dihadiahkan kepada kami….”
Gadis baju biru mengepal tinju, matanya memancarkan kemarahan, wajahnya agak merah. Akan tetapi sumoinya menyentuh lengannya dari belakang dan berkata.
“Ah, sungguh sahabat kita itu terlalu sungkan. Marilah, Suci, kalau sudah dibayar, sudah saja.” Ia menarik tangan sucinya keluar dari restoran itu.
“Setan! Dia benar-benar kurang ajar dan berani mati!” Gadis baju biru mengomel setelah mereka keluar dari restoran.
“Aihhh, mengapa Suci marah-marah? Orang telah bersikap baik, mengapa tidak bersyukur dan berterima kasih malah dimaki-maki?” Sumoinya mencela.
“Sumoi!” Sucinya membentak marah dan melototkan matanya yang ben ing. “Apakah harga diri kehormatanmu hanya semurah harga makanan itu?”
“Eh-eh…. mengapa Suci berkata demikian? Dia membayar makanan secara diam-diam, sedikit pun tidak mengeluarkan ucapan dan perbuatan yang kurang ajar! Bagaimana Suci menyebut-nyebut soal harga diri dan kehormatan?”
Sucinya menghela napas panjang. “Sumoi, biar usiamu sudah delapan belas tahun, namun engkau selalu terkurung dan tidak ada pengalaman.
Engkau tidak tahu betapa bahayanya kaum pria dengan sikap manis mereka. Hati-hatilah Sumoi, kalau engkau tidak membentuk benteng baja di luar hati dan perasaanmu.
Engkau akan mudah tergelincir oleh licinnya sikap manis pria.” “Suci….” “Sudahlah! Mari kita ke hotel!”
Akan tetapi ketika mereka berdua tiba di hotel, mereka menghadapi keanehan ke dua yang membikin Sang Suci makin mendongkol akan tetapi Sang Sumoi makin girang.
Di hotel ini, tidak hanya kamar hotel dibayar oleh “sahabat” itu, malah telah tersedia dua ekor kuda besar yang dihadiahkan oleh “sahabat” itu kepada mereka!
Gadis baju biru hendak marah-marah, akan tetapi sumoinya membisikkan bahwa kalau Sang Suci marah-marah, maka tentu akan menarik perhatian orang dan bukankah hal itu akan lebih memalukan lagi?
“Kita terima dengan wajar dan semua orang akan menganggap hal itu wajar pula, karena apakah anehnya kalau seorang sahabat baik menghadiahkan dua ekor kuda? Pula, bukankah perbuatan-perbuatannya itu…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader