BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Di atas tangkainya, tidak takut serangan angin dan hujan! Sukarlah bagi Suma Hoat yang memandang mereka bergantian untuk mengatakan siapa di antara kedua orang gadis pendekar yang lebih menarik hatinya.
Keduanya sama cantik jelita, sama manis dan sama kuat daya tariknya sungguhpun sifat mereka berlawanan. Melihat seorang pemuda tampan dan gagah, memandang mereka penuh perhatian.
Gadis baju biru membuang muka dengan alis berkerut, akan tetapi gadis baju merah membalas pandang mata Suma Hoat dengan berani dan penuh tantangan sehingga terpaksa Suma Hoat memanggil pelayan.
Karena dia tidak ingin gadis baju merah yang tentu berdarah panas itu memakinya. Pelayan datang dan ia segera memesan makanan dan minuman.
Kedua orang gadis itu saling berbisik, berbisik perlahan, akan tetapi diam-diam Suma Hoat tersenyum dalam hatinya karena biarpun bisikan itu tidak akan terdengar orang lain yang berdiri hanya satu meter jauhnya dari mereka.
Namun dapat terdengar olehnya yang duduk dalam jarak lima meter dari mereka. Tidak percuma dia memiliki sin-kang yang kuat.
Dan bersusah payah melatih diri untuk mempertajam pendengarannya yang merupakan syarat utama bagi seorang ahli silat tinggi.
“Suci, kulihat orang ini bukan orang sembarangan, kalau bukan seorang pendekar yang berilmu tinggi tentu seorang penjahat yang berbahaya….” bisik gadis baju merah kepada gadis baju biru.
“Hemm, melihat pandangan matanya, dia bukan orang baik-baik, Sumoi. Kita harus waspada, dan kalau betul dia seorang penjahat, kita harus membasminya!” bisik Si Kakak Seperguruan.
Suma Hoat tertawa dalam hatinya, akan tetapi ia mengambil sikap seolah-olah tidak mendengar dan berteriak kepada pelayan.
“Hee, pelayan! Minta tambah araknya, aku suka sekali yang hangat dan manis!” Ia lalu menoleh ke arah gadis baju merah yang kebetulan memandang kepadany.
Dua pasang mata bertemu dan gadis itu menjadi merah kedua pipinya, sedangkan gadis baju biru yang juga memandangnya membuang muka lagi.
Hati Suma Hoat makin tertarik. Kiranya kakak beradik seperguruannya, pikirnya. Akan tetapi keduanya benar-benar menarik hatinya.
Gadis baju merah itu membayangkan kehangatan dan kemanisan seperti arak yang diminumnya.
Sedangkan Si Baju Biru itu memperlihatkan sikap dingin dan tenang sikap yang akan lebih menggairahkan kalau sampai berhasil dia tundukkah.
Dan dia pasti akan dapat menundukkan mereka. Pasti!
“Jangan pandang dia, Sumoi. Aku mengenal sinar mata laki-laki seperti itu! Baik dia pendekar maupun penjahat, yang jelas dia adalah laki-laki yang kurang ajar.
Kita sedang melakukan tugas, dan Suhu berpesan agar kita tidak melibatkan diri dan membawa-bawa Siauw-lim-pai ke dalam permusuhan.
Mari kita selesaikan makan dan melanjutkan perjalanan agar jangan kemalaman melewati Pegunungan Kwi-hwa-san.”
“Baiklah, Suci.” Kedua orang gadis itu melanjutkan makan hidangan mereka yang dilayani oleh seorang pelayan.
Mendengar bisikan itu, Suma Hoat tertarik. Kiranya dua orang murid Siauw-lim-pai! Dia harus berhati-hati.
Siauw-lim-pai tidak boleh dibuat main-main! Namun, selama ini dia…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader