BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Dia sedang bertugas ke pantai timur, menjalankan perintahku.” “Hemmm…, aku lebih tidak percaya lagi.”
“Bahwa dia menjadi perwira pembantuku?” “Aku tidak percaya bahwa dia telah kalah olehmu!”
“Namun kenyataannya demikianlah, Yan Hwa, karena suhengmu sudah menjadi pembantumu, bagaimana kalau engkau juga membantu aku?
Kita membasmi pasukan Kerajaan Sung yang telah menewaskan Menteri Kam Liong kakak subomu, kita membasmi tentara Yucen, dan terutama sekali kita membasmi bangsa Mongol yang telah membunuh subomu. Bagaimana?”
Sejenak Yan Hwa diam memutar pikirannya. Dia ingin sekali bertemu dengan suhengnya, karena rindu dan juga karena ingin melihat apakah sekarang.
Setelah merantau sekian lamanya, dia sudah dapat menundukkan suhengnya itu.
“Aku tetap tidak percaya bahwa Suheng telah kalah olehmu.” Ia mengamati wajah Maya yang amat cantik jelita itu.
Dia diam-diam harus mengakui bahwa belum pernah ia bertemu dengan seorang gadis yang begini cantik jelita dan gagah. Diam-diam ia mulai merasa cemburu!
“Kalau benar Suheng menjadi perwira pembantumu, aku lebih percaya kalau dia lakukan karena dia jatuh cinta kepadamu.”
Wajah Maya menjadi merah, akan tetapi ia tetap tersenyum dan berkata dengan ejekan yang disengaja,
“Yan Hwa, engkau tetap angkuh seperti dahulu. Kalau kau tidak percaya, bagaimana kalau kita pun mengadakan pertaruhan seperti yang telah dilakukan suhengmu?”
“Engkau menantangku?” Sepasang mata yang bagus itu mengeluarkan sinar berapi.
“Bukan menantang, murid bibiku yang manis, melainkan aku mengajak engkau berjuang bahu-membahu, dan untuk meyakinkan hatimu maka marilah kita mencoba kepandaian, tentu saja kalau kau berani.”
“Singggg….!” Tampak sinar kilat berkelebat menyilaukan mata ketika Yan Hwa mencabut pedangnya.
Jantung Maya berdebar dan untuk ke sekian kalinya ia merasa terheran-heran mengapa mendiang bibinya yang terkenal sebagai seorang pendekar wanita yang sakti dan gagah perkasa.
Suka memiliki dua buah pedang seperti yang diwariskan kepada Ji Kun dan Yan Hwa ini. Pedang di tangan Yan Hwa mempunyai wibawa yang sama dengan Pedang Iblis Jantan milik Ji Kun.
“Engkau menerima pertaruhan ini?” Dia bertanya.
Yan Hwa mengangkat pedangnya, tegak lurus di depan dahinya. “Maya, aku telah bersumpah demi kehormatan nama suhu dan subo, pedangku ini hanya akan menghirup darah orang-orang jahat.
Baru sekarang tercabut keluar dari sarangnya bukan untuk membasmi penjahat. Akan tetapi ketahuilah, sekali pedang ini tercabut, dia tidak akan kembali ke sarungnya sebelum menghirup darah.
Karena itu, katakan bahwa engkau membohong, bahwa Suheng tidak pernah kaukalahkan, dan aku akan menyimpannya kembali dan pergi dari sini.
Akan kupuaskan pedangku dengan darah penjahat di lain tempat yang kudapatkan.”
Maya tersenyum. “Yan Hwa, engkau tidak memalukan menjadi murid mendiang Bibi, Mutiara Hitam.
Engkau seorang pendekar, akan tetapi betapa angkuh watakmu, betapa kejam hatimu. Aku tidak pernah mem…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader