BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Pembohong, dan biarpun aku tidak mamiliki sebatang pedang pusaka sekeji pedangmu itu, namun aku tidak takut menghadapinya.”
Sambil berkata demikian perlahan-lahan Maya melolos pedangnya dan membuka jubah luarnya yang ia lemparkan kepada Cia Kim Seng.
Bekas penggembala domba ini menerima jubah dan dia bersama para perwira lain kini mencari tempat yang enak buat menonton pertandingan yang akan terjadi.
Para perajurit pengawal sudah menjauh-jauhkan meja kursi di dalam restoran itu sehingga ruangan restoran yang cukup luas itu.
Kini menjadi sebuah arena pertandingan yang dapat diduga akan terjadi dengan dahsyat dan seru.
“Maya, bersiaplah engkau!” Sebelum gema suara ini habis, tahu-tahu tubuh Yan Hwa telah berkelebat ke depan didahului sinar putih berkilat yang menyilaukan mata.
Diam-diam Maya kagum. Kiranya Yan Hwa memiliki gerakan yang lebih cepat dan ringan daripada Ji Kun, maka ia bersikap hati-hati.
Dan cepat ia mengelak sambil membalas dengan tusukan pedangnya dari samping. Yan Hwa mengandalkan keampuhan pedang pusakanya.
Maka dia menyabetkan pedangnya untuk menangkis sambil mengerahkan tenaga sin-kangnya dengan maksud merusak pedang lawan.
“Bagus!” Maya memuji dan meloncat tinggi sehingga sinar kilat itu meluncur di bawah kakinya. Dari atas, jubah Maya membalik, menukik ke bawah dan ujung pedangnya mengancam ubun-ubun kepala lawan.
Hebat bukan main gerakan Maya ini, selain indah juga amat sukar dilakukan sehingga para perwira pembantunya memuji.
Juga Yan Hwa kagum sekali, akan tetapi watak dara ini tidak ada bedanya dengan watak suhengnya. Dia tahu bahwa Maya memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Akan tetapi dia tetap tidak dapat percaya kalau Maya dapat mengalahkan suhengnya, atau dia dengan Pedang pusaka Iblis Betina di tangannya!
Maka serangan Maya yang amat berbahaya itu ia hindarkan dengan merendahkan tubuh lalu menggulingkan tubuhnya ke depan.
Ketika serangan Maya itu luput dan panglima wanita ini sudah berjungkir balik lagi membuat salto dan kakinya menginjak lantai, sinar kilat pedang Yan Hwa sudah berkelebat lagi.
Sinar pedangnya berubah seperti payung, merupakan gulungan yang bundar dan dari gulungan sinar putih itu menyambar-nyambar kilatan sinar yang panjang dan mengandung hawa panas!
Maya makin kagum. Harus ia akui bahwa dalam hal kecepatan gerak dan ilmu pedang, ternyata Yan Hwa ini tidak kalah oleh suhengnya, bahkan mungkin lebih berbahaya serangan-serangannya.
Maka dengan hati kagum, gembira namun juga waspada dan mengimbangi permainan lawan dengan gerakannya yang lebih cepat lagi.
Dia berlaku hati-hati, tidak pernah pedang mereka bentrok secara langsung. Paling-paling hanya bersentuhan sedikit dan bergeseran.
Namun itu pun sudah membuat pedangnya mengeluarkan api dan kadang-kadang hampir dapat tersedot dan menempel!
Hanya dengan sin-kangnya yang kuat saja dia dapat mencegah pedang pusaka melekat pada pedang lawan.
Mata para perwira, apalagi para perajurit sudah berkunang-kunang karena silau menyaksikan sinar kilat pedang Yan Hwa berkelebatan di ruangan itu.
Dan seratus jurus telah lewat tanpa ada yang tampak terdesak. Hal ini sebetulnya memang disengaja oleh Maya. Kalau ia mau,…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader