BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – ramai, akan tetapi tidak terpelihara baik-baik karena tempat itu sewaktu-waktu kalau terjadi perang harus ditinggalkan.
Meja-meja dan bangkunya butut, tembok-tembok rumahnya tidak dikapur dan makanan yang disediakan pun amat sederhana, walaupun harganya sama sekali tidak sederhana, melainkan harga pukulan!
Bagi restoran-restoran di dusun-dusun, yang menjadi langganan mereka adalah tentara-tentara yang kebetulan pasukannya singgah di situ dan yang membuat perkemahan dekat dusun itu.
Para perajurit yang makan-makan di restoran tidak berani berbuat sewenang-wenang, dan selalu membayar karena pemilik-pemilik restoran itu dengan cerdiknya selalu menghubungi komandan mereka.
Dan mengirim hidangan-hidangan yang lezat. Selama ini, juga dengan adanya rumah-rumah makan itu mereka mendapat kesempatan untuk sekedar menghibur diri.
Kalau mereka tidak bayar dan semua restoran tutup, tentu mereka akan kehilangan.
Pada suatu pagi, Panglima Maya dan sebelas orang pembantunya memasuki sebuah restoran yang cukup besar di kota dekat tempat pasukannya berhenti.
Pelayan segera menyambutnya dan Maya beserta para perwiranya dipersilakan duduk di loteng dan segera mereka itu dilayani penuh hormat.
Para pengawal cukup duduk di ruangan bawah saja dan mereka menghadapi meja sambil bersendau-gurau.
Karena para pemimpin mereka berada di loteng, maka mereka mendapat kesempatan untuk bersenang-senang dan bersendau-gurau saling menggoda.
Tiba-tiba delapan orang perajurit pengawal Pasukan Maut yang sedang bercakap-cakap itu menghentikan sendau-gurau mereka dan semua mata memandang ke arah pintu restoran.
Mulut mereka tersenyum-senyum. Siapa orangnya yang tidak akan terpesona menyaksikan seorang dara jelita memasuki restoran itu dengan langkah tegap dan lenggangnya menggiurkan itu?
Dara itu masih muda, di punggungnya tampak sebatang pedang, bajunya kuning dengan leher baju biru seperti celananya.
Melihat pakaian yang agak kotor oleh debu dapat diduga bahwa dia baru datang dari perjalanan jauh.
Wajah dara ini cantik sekali, terutama sekali matanya yang bergerak-gerak dan berbentuk indah, kerlingnya tajam dan menyentuh berahi. Ketika seorang pelayan menghampirinya.
Dara itu mengulur sebelah tangannya yang putih halus, menyentuh lengan Si Pelayan sambil berkata,
“Cepat sediakan nasi lauk-pauk seadanya dan minuman teh panas!”
Para perajurit tertawa-tawa gembira menyaksikan sikap dara itu yang demikian berani dan ramah, berani memegang lengan seorang pelayan laki-laki tanpa sungkan –sungkan lagi.
“Wah, sayang bukan lenganku….!” Terdengar seorang perajurit berkata sambil mengelus-elus tangannya sendiri dan menciumnya, ditertawai oleh teman-temannya.
Dara itu tidak peduli, melainkan menghampiri sebuah meja kosong dan duduk dengan anteng. Para perajurit itu tidak melihat.
Betapa pelayan yang tadi lengannya disentuh oleh dara baju kuning itu seketika menjadi pucat, tubuhnya gemetar dan setelah dara itu duduk.
Tergesa-gesa pelayan itu menyediakan makanan yang dipesan, sikapnya amat hormat dan takut-takut.
Meledaklah suara tertawa empat orang perajurit dari meja yang telah dilayani, mentertawakan empat orang teman mereka yang belum dilayani……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader