BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Seorang prajurit dari meja kosong menggebrak meja, “Apa ini? Pelayan, kami memesan lebih dulu, kenapa melayani orang yang datangnya belakangan? Apa kaukira kami tidak membayar?”
“Ha-ha-ha!” Seorang perajurit dari meja, yang sudah dilayani tertawa, “Kenapa mencak-mencak? Kalau mukamu cantik dan kau memakai pakaian wanita, tentu kau dilayani lebih dulu! Ha-ha-ha!”
Teman-temannya tertawa dan empat orang prajurit yang belum dilayani itu makin marah.
“He! Pelayan! Ke sini kau, kalau mau tahu rasanya pukulan perajurlt-perajurit Pasukan Maut!”
Pelayan itu berdiri dengan kaki menggigil ketakutan. Dara itu yang menghadapi meja, telah menuangkan teh ke dalam cawannya dengan sikap tenang, kemudian memandang Si Pelayan.
“Pelayan, jangan layani anjing-anjing mabok itu. Semua tentara tidak baik, terutama sekali yang menggunakan nama Pasukan Maut, tentu lebih tidak baik lagi!”
Mendengar ini, empat orang perajurit itu merasa terhina dan mereka melompat mendekati meja gadis, itu, mengurung dari empat penjuru.
Seorang di antara mereka yang berada di belakang gadis itu mencabut golok dan berkata,
“Eh, engkau perempuan kang-ouw merasa jagoan, ya? Cabut pedangmu kalau memang pedangmu lebih tajam dari mulutmu yang manis!”
Gadis itu masih memegang cawan teh panas, menunda minumnya dan, matanya yang indah bergerak melirik ke kanan kiri dan depan.
Prajurit yang berada di depannya sudah membentak, “Engkau sungguh kurang ajar, datang-datang minta dilayani lebih dulu. Mengingat eng kau seorang gadis muda cantik.
Kami masih mengalah dan hanya ingin menegur pelayan. Kenapa kau memaki kami? Penghinaan itu baru lunas kalau kau membayar dengan sebuah ciuman dari bibirmu yang ma…. ougghhh….!”
Prajurit itu tak dapat melanjutkan kata-katanya karena mukanya sudah kena siraman air teh panas yang telah “meloncat” dari cawan yang dipegangi dara itu.
Tiga orang temannya menjadi marah dan bergerak hendak menyerang, akan tetapi dari dalam cawan itu kini air teh “meloncat” ke tiga penjuru, ke kiri kanan dan belakang.
Tepat mengenai muka tiga orang perajurit yang menjadi gelagapan, bukan hanya karena air teh itu panas sekali, akan tetapi juga karena percikan air yang mengenai muka rasanya seperti jarum-jarum menusuk!
Empat orang prajurit lain menjadi marah menyaksikan empat orang temannya mengaduh-aduh dan mengusap-usap mata seperti itu. Mereka sudah meloncat dan mencabut senjata.
“Tentu dia mata-mata musuh! Serang! Bunuh….!”
Dara itu bangkit berdiri, tangannya meraih ke depan dan sebuah piring melayang-layang terbang menyambar empat orang perajurit itu.
Terdengar jerit-jerit kesakitan dan empat orang prajurit itu roboh dengan lengan mereka berdarah karena ketika mereka menangkis, lengan mereka tergores piring yang menjadi tajam karena berpusing itu, melebihi pisau!
Akan tetapi tiba-tiba piring itu terhenti di tengah udara kemudian berdesing turun menyambar kepada dara itu sendiri yang mengeluarkan seruan kaget, menangkap piring.
Meletakkannya di atas meja lalu dia menoleh ke arah anak tangga menuju loteng. Di situ telah berdiri Maya! Melihat seorang wanita cantik dan gagah perkasa berpakaian …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader