BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Lain di sebelah belakang. Suasana menjadi tegang dan Siauw Bwee memandang penuh perhatian.
Laki-laki tangan buntung yang tinggi besar tadi melemparkan tubuh Si Kaki Buntung yang dikempitnya sehingga Si Kaki Buntung itu terguling di atas tanah.
Dan secepat kilat pimpinan rombongan lengan buntung menodongkan ujung tongkatnya, yaitu tongkat Si Kaki Buntung yang tertawan.
Ke jalan darah di punggung orang berkaki buntung itu yang jauh berlutut dan tidak berani berkutik.
Keadaan masih hening, tidak ada seorang pun dari kedua pihak orang-orang bercacad itu yang mengeluarkan suara.
Yang paling merasa tegang adalah Siauw Bwee yang mengintai dan melihat semua itu dari tempat persembunyiannya.
Tiba-tiba wanita berkaki buntung yang ikut meloncat keluar, menggerakkan tangan kirinya, dan ternyata bahwa dialah yang mewakili pihak tuan rumah, karena ia sudah menegur, suaranya penuh kebencian, keras dan dingin,
“Apakah kaum lengan buntung kini sudah menambah sebuah watak buruk baru lagi, tidak mematuhi janji? Hari pertandingan masih tiga bulan lagi, kenapa sekarang sudah turun tangan memancing keributan dengan menawan seorang anggauta kami?”
Kakek yang menodong punggung orang berkaki buntung yang dibawa mereka sebagai tawanan itu tersenyum mengejek, lalu menjawab.
Suaranya tidak kalah keras dan dinginnya, mengandung kebencian yang sama, “Agaknya di dalam pondok kalian yang buruk tidak terdapat cermin.
Sehingga kalian orang-orang berkaki buntung suka menjelekkan kami yang berlengan buntung. Memang mudah melontarkan tuduhan, mudah menunjuk cacad orang tanpa melihat akan besarnya cacad sendiri.
Semudah menggoyang lidah yang tidak bertulang, kami kaum lengan buntung bukanlah orang-orang hina yang suka melanggar janji, melainkan kalianlah yang tidak memenuhi janji sendiri.
Memang tepat sekali, hari pertandingan masih tiga bulan lagi, akan tetapi mengapa seorang anggauta kalian yang tidak terhormat ini melanggar wilayah kami dan melakukan penyelidikan?”
Alis empat orang berkaki buntung itu berkerut dan Si Wanita bersama Si Kakek memandang kepada anak buah mereka dengan mata penuh pertanyaan.
Tawanan itu kelihatan ketakutan dan diam-diam Siauw Bwee merasa heran sekali. Tadi ketika menjadi tawanan kaum lengan buntung, tawanan itu tidak kelihatan begitu takut.
Dia dapat menduga bahwa tentu kaum kaki buntung itu mempunyai peraturan dan hukum yang keras sekali terhadap anak buahnya yang melanggar peraturan.
“Tidak…. tidak…. Suci…. dan Suheng…. aku tidak melanggar wilayah mereka. Aku tidak melakukan penyelidikan seperti yang mereka tuduhkan. Aku sedang memburu hewan seperti biasa.
Aku berhasil melukai seekor kijang yang masih dapat berlari maka aku melakukan pengejaran. Tahu-tahu mereka ini merobohkan aku dengan jalan mengeroyok dan menawanku!” Si Tawanan membantah.
Kakek berlengan satu tertawa mengejek, “Hemm, mana ada maling mau mengaku?”
Si Wanita Berkaki Satu menggerakkan tangan kirinya ke atas dan berkata, suaranya mantap dan berwibawa,
“Menghadapi perkara, tidak boleh mendengar keterangan sepihak saja. Kalau keterangan dua pihak….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader