BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Suma Hoat segera tertarik sekali. Orang ini adalah seorang laki-laki yang usianya sebaya dengannya, paling tinggi dua puluh lima tahun usianya, pakaiannya sederhana sekali. Agaknya seorang pendekar.
Bahkan yang amat mencolok adalah kakinya yang tidak bersepatu, telanjang sama sekali! Laki-laki ini memanggul sebuah tongkat dan ujung tongkat tampak sebuah buntalan kain kuning yang agaknya berisi pakaian.
Wajah laki-laki ini kurus seperti tubuhnya, dan tidak ada keanehan menonjol pada dirinya, kecuali kaki telanjang itu dan sinar matanya yang tajam, senyumnya yang seolah-olah mengejek pada keadaan di sekitarnya.
Rambutnya diikat ke atas dan dia lebih mirip seorang tosu perantau, hanya pakaiannya tidak seperti pendeta To-kauw (Agama To), melainkan seperti seorang petani yang bangkrut!
Tidaklah mengherankan apabila pelayan restoran menyambut tamu istimewa ini dengan alis berkerut, hati curiga dan pandang mata pelayan itu naik turun melalui pakaian sederhana dan kaki telanjang.
Laki-laki yang agaknya pendekar itu menglkuti pandang mata Si Pelayan lalu berkata,
“Bung Pelayan, engkau tidak melayani pakaian dan sepatu, bukan? Yang kaulayani bukan pula orangnya, melainkan uangnya, bukan? Nah, aku mempunyai uang itu, maka jangan ragu-ragu melayani uangku!”
Setelah berkata demikian, laki-laki itu menepuk-nepuk bungkusannya dan terdengarlah suara berkerincingnya perak.
Pelayan itu cepat membungkuk dan mempersilakan tamu aneh itu dan tidak jauh dari meja Suma Hoat.
Ketika melewati meja ini, laki-laki tadi melirik ke arah pedang yang terletak di meja Suma Hoat, mengerling tajam ke arah Suma Hoat, lalu tersenyum dan membungkuk.
Akan tetapi, betapapun tertarik hatinya, Suma Hoat pura-pura tidak melihatnya. Di dalam hatinya ia merasa geli dan menganggap betapa tepatnya ucapan orang aneh itu.
Memang tidak dapat disangkal betapa palsu sikap manusia yang matanya sudah tertutup oleh bayangan perak dan emas, silau oleh harta dunia sehingga setiap gerakan mereka merupakan pengabdian terhadap harta dunia!
Orang menilai orang lain bukan dari orangnya, melainkan dari pakaian, kekayaan, dan kedudukannya, pendeknya yang dinilai adalah hal-hal yang sekiranya dapat mendatangkan kesenangan dan keuntungan bagi yang menilai!
Buktinya tersebar di mana-mana. Datanglah ke rumah seseorang ddengan pakaian butut dan nama tak terkenal, maka engkau akan disambut dengan penuh curiga.
Pandang rendah dan penghinaan karena Si Tuan Rumah manganggap bahwa engkau hanya akan mendatangkan kerugian dan ketidaksenangan belaka.
Sebaliknya, kalau engkau datang dengan pakaian serba indah, dengan kekayaan berlimpah, dengan kereta mewah dan dengan nama besar serta kedudukan.
Tentu engkau akan disambut dengan terbongkok-bongkok dan tersenyum-senyum karena engkau dianggap akan mendatangkan keuntungan atau kesenangan!
Hal ini tak mungkin dapat dibantah lagi karena memang kenyataannya demikianlah.
Maka, biarpun sikapnya tak acuh, diam-diam Suma Hoat memperlihatkan laki-laki itu dan menduga bahwa orang itu tentulah bukan orang sembarangan.
Sungguhpun tak tampak sebatang pun senjata pada dirinya. Timbul kegembiraannya kaena ada sesuatu yang menarik hatinya.
Dan di dalam hatinya timbul pula keyakinan bahwa munculnya seorang tokoh luar biasa seperti ini tentu akan disusul dengan peristiwa…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader