BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dari mana ular-ular tadi meninggalkan ruangan. Dengan pengerahan tenaganya, ia mendorongkan batu sebesar lubang itu lebih dulu sebagal penyumbat, baru meletakkan batu besar itu di luar lubang.
Kemudian ia menghampiri lemari yang daun pintunya terbuka separuh memperlihatkan beberapa jilid kitab tua.
Akan tetapi, baru saja tiba di depan lemari, ia melihat bahwa lemari itu tadinya tertutup dan “disegel’ dengan sepotong kain sutera yang ada tulisannya.
Agaknya karena tua dan lapuk, terutama ‘ sekali karena bisa ular, kain itu robek dan daun pintunya terbuka separuh.
Han Ki mengenal tulisan di atas kain, yaitu tulisan tangan suhunya dengan huruf-huruf kembang yang amat rapi, maka dia tidak berani berlaku lancang.
Dipegangnya kain sutera itu, disambungkannya kembali baru dibaca. Kagetlah ia ketika membaca tulisan suhunya itu!
“Ilmu-ilmu silat dalam kitab-kitab ini amat keji, ciptaan tokoh-tokoh buangan di Pulau Neraka, tidak patut dipelajari pembela-pembela kebenaran dan keadilan.”
Membaca tulisan suhunya itu, Han Ki cepat menutupkan kembali daun pintu lemari, kemudian ia meloncat naik menghampiri kedua orang sumoinya yang memandang dengan heran.
“Suheng, kitab-kitab apakah itu?” Siauw Bwee bertanya tidak sabar. Seperti juga sucinya, dia selalu ingin sekali melihat dan mempelajari ilmu-ilmu baru dari kitab-kitab yang berada di istana itu.
“Kenapa tidak diambil, bahkan tidak kauperiksa isinya, Suheng?” Maya juga bertanya.
“Mari kita kembali ke atas, nanti kuceritakan,” kata Han Ki dan kedua orang sumoinya tidak banyak bertanya lagi karena melihat wajah serius suheng mereka, setelah tiba di atas, barulah Han Ki menarik napas panjang dan berkata.
“Memang ruangan di bawah itu hanya pantas menjadi sarang ular. Kitab-kitab itu ternyata lebih berbahaya dari pada sekumpulan ular berbisa itu.”
“Ah, kitab-kitab apakah itu, Suheng?” tanya Maya.
“Kitab-kitab itu sengaja disembunyikan oleh Siansu agar jangan dibaca orang, dan lemari itu tadinya dipasangi tulisan suhunya yang melarang orang membaca kitab-kitab yang katanya amat keji.
Ciptaan tokoh-tokoh buangan di Pulau Neraka dan tidak patut dipelajari oleh orang-orang gagah pembela kebenaran dan, keadilan.”
“Orang buangan di Pulau Neraka? Siapakah itu, Suheng?” Siauw Bwee bertanya.
“Aku sendiri pun tidak tahu jelas, Akan tetapi ada disebut sedikit di dalam kitab yang kubaca ditempat keramat penghuni Pulau Nelayan.
Ketika kerajaan kecil di Pulau Es ini masih berdiri, yang istananya kini kita tempati, terdapat orang-orang yang melanggar peraturan dan dihukum buang ke sebuah pulau yang merupakan neraka dunia, sukar.
Bahkan tak mungkin orang hidup di sana, disebut Pulau Neraka. Tentu hanya orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan keji saja yang dibuang di sana, dan melihat betapa rakyat Pulau Es itu saja sudah amat…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader