BEBASBARU.ID, CATATAN PINGGIRAN – Judul ini memang sarkatis, tapi itulah sejarah yang sudah membuktikan, seorang pemimpin tegas, adil dan tidak korup selalu jadi incaran untuk di bunuh.
Setelah Rasulullah SAW wafat dan digantikan khulafaur rasyidin yang berarti pemimpin yang bijaksana sesudah Nabi Muhammad SAW wafat.
Khulafaur rasyidin terdiri dari empat sahabat dekat Nabi Muhammad SAW yang memimpin secara bergantian, yakni Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Dari ke empat sahabat manusia paling mulia di muka bumi ini, hanya Abu Bakar Ash Shiddiq yang meninggalnya wajar, yakni sakit.
Namun Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, tewas karena di bunuh rakyatnya sendiri.
Padahal kurang apa ketiga sahabat Rasulullah SAW yang sudah di jamin masuk surga tersebut saat jadi pemimpin (Khalifah atau Presiden)..?
Ketiganya terkenal adil, tegas dan tidak korup, bahkan Utsman Bin Affan terkenal sebagai pemimpin yang sangat lembut dan welas asih, sampai Malaikat pun malu dengan beliau, tapi tetap di bunuh?
Umar Bin Khattab apalagi, anaknya saja beliau marahi saat beli ternak kurus lalu digemukan, kemudian di jual kembali, agar untung. Gunakan uang pribadi lagi bukan gunakan uang negara, apalagi fasilitas negara.
Tapi di mata Umar Bin Khattab itu tetap salah. Karena saat itu beliau masih menjabat Khalifah. Beliau sangat melarang anak-anaknya manfaatkan jabatan beliau.
Umar bahkan memarahi semua tokoh-tokoh saat itu, agar beliau mau angkat anaknya Abdullah Bin Umar sebagai Khalifah selanjutnya. Saat beliau sekarat akibat tusukan senjata beracun rakyatnya.
“Biarkan umat muslim memilih sendiri pemimpin terbaik, tapi bukan dari keluarga Umar Bin Khattab!” tegas beliau.
Padahal dari segi apapun, Abdullah Bin Umar saat itu dianggap tokoh yang komplet, juga sahabat Rasulullah SAW yang dipercaya. Dan keilmuannya pun luar biasa, juga sikapnya sama dengan Umar Bin Khattab.
Ali Bin Abi Thalib, selain sepupu Rasulullah SAW, beliau juga menantu Nabi. Ali Bin Abi Thalib juga terkenal sebagai cendikiawan muslim yang luar biasa ke ilmuannya.
Tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan Ali Bin Abi Thalib, tapi beliau juga bernasib sama, di bunuh rakyatnya yang zalim, saat jadi Imam sholat lagi.
Bahkan salah satu pemimpin yang sempat disebut sebagai Imam Mahdi, yakni Umar Bin Abdul Aziz juga tewas di racun saat jadi Khalifah (beliau jadi Khalifah 60 tahun setelah Rasulullah SAW wafat).
Kaisar Romawi kala itu pun sampai menangisi kematiannya, karena pemimpin kafir ini sangat salut dan memuji kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz, yang mampu sejahterakan seluruh rakyatnya.
Hingga di jaman Umar Bin Abdu Aziz zakat dan bansos tak laku, saking makmurnya rakyatnya. Walaupun hanya 2 tahun 9 bulan menjabat Khalifah.
Pertanyaannya kini, kenapa para pemimpin luar biasa itu di bunuh, padahal mereka disayangi rakyatnya..?
Nafsu serakah, itulah sebabnya. Setiap kebijakan pasti akan menimbulkan rasa sakit hati bagi durjana-durjana yang terganggu kepentingannya.
Saat ini, kalau ada Khalifah atau Presiden seperti para pemimpin itu, pasti hidupnya tak akan lama, orang-orang yang selama ini menikmati hasil kejahatannya, tiba-tiba dibabat, pasti menimbulkan dendam.
Mereka (para durjana itu) hanya memikirkan kepentingannya, tapi tak memikirkan dampak kepemimpinan yang sejahterakan rakyatnya.
Contoh kebijakan Presiden Soeharto kala itu, saat kejahatan merajalela, di mana para preman berkuasa, Petrus diberlakukan.
Rakyat pun merasakan aman damai sentosa, sampai jalan tengah malam pun tak ada yang menganggu.
Tapi para penggiat HAM teriak-teriak dan bilang HM Soeharto jagal rakyatnya sendiri, padahal yang di petrus itu para penjahat.
Andai keluarga penggiat HAM itu dibunuh para preman, mungkin teriakan mereka langsung bungkam.
Saat ini, apapun masalah di rakyat, pasti Presiden Jokowi jadi sasaran, padahal misalnya rakyat lapar dan susah, masih ada Ketua RT, Kades, Camat, Bupati, Gubernur, Menteri…nah barulah ke Jokowi sebagai Presiden.
Lalu kenapa mereka menyalahkan Presiden..?
Itulah buah dari pilihan rakyat sendiri, mereka pilih pemimpin melalui pikades dan pilkada termasuk pilih wakil rakyat, kalau pemimpin-pemimpin itu tak dipercaya lantas kenapa di pilih?
Apakah karena pakai angpau…dan rakyat bersuara tak ada angpau lupakan dapat suara, jadi…siapa yang salah..? ***