BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bekas rekan yang baik, sukalah mengantar keponakanku ini kepada Menteri Kam Liong!”
“Permintaanmu kuterima, Khu Tek San!” Terdengar Ong-ciangkun mengguntur. “Dan kalau aku Ong Ki Bu sudah menerima, tidak ada seekor setan pun akan boleh mengganggu anak itu!”
Khu Tek San tersenyum dan wajahnya berseri ketika ia memandang panglima tinggi besar itu. “Terima kasih!
Terima kasih, bukan hanya atas pertolonganmu terhadap anak ini, rekanku Ong, juga terima kasih karena sikapmu ini membuktikan bahwa Panglima-panglima Sung masih merupakan laki-laki sejati yang jantan dan gagah perkasa. Nah, aku siap menerima hukuman!”
Khu Tek San melangkah maju menghampiri tali gantungan. Maya memandang dengan mata terbelalak, bukan karena ngeri melainkan karena kagum akan sikap yang gagah perkasa ini!
Seorang perajurit yang menerima perintah, sudah maju dan menurunkan tali gantungan, dikalungkan ke leher Khu Tek San, kemudian ia mundur untuk menarik ujung tali dari belakang batang pohon bersama tiga orang temannya. Khu Tek San berdiri dengan sikap gagah, mata terbuka lebar, siap menerima datangnya maut.
“Siaaappp!” terdengar aba-aba, lalu disusul perintah untuk menarik ujung tali sehingga lubang gantungan akan menjerat leher Khu Tek San dan menggantungnya ke atas.
“Krekkk!” Bukan tubuh Khu Tek San yang tergantung ke atas, melainkan tali gantungan itu yang tiba-tiba putus dan jatuh ke bawah kaki Khu Tek San!
Semua orang terheran lalu memandang ke atas dan ribut lah mereka ketika melihat seorang pemuda tampan tahu-tahu telah duduk menongkrong di atas dahan pohon, di mana terdapat tali gantungan tadi.
Ong Ki Bu dan para panglima lainnya, juga Khu Tek San sendiri, terkejut sekali melihat betapa pemuda itu dapat berada di situ tanpa ada yang tahu, padahal di situ terdapat banyak orang pandai!
Melihat, pemuda itu jelas datang hendak menolongnya, hati Khu Tek San menjadi khawatir dan tidak senang, karena hal ini tentu saja berarti bahwa dia benar-benar akan memberontak dan melawan perintah atasan, Maka ia berseru.
“Hei, Enghiong muda yang lancang! Harap jangan mencampuri urusan. ketentaraan! Aku Khu Tek San dengan rela menjalani hukuman, mengapa engkau gatal tangan mencampurinya?”
Pemuda itu tersenyum dan semua orang memandang heran. Dia masih muda sekali, paling banyak dua puluh satu tahun umurnya, wajahnya tampan dan sikapnya gagah, pedangnya tergantung di punggung dan biarpun menghadapi pasukan sekian banyaknya ia kelihatan tenang tenang saja.
“Khu-ciangkun, engkau adalah seorang gagah perkasa yang patut dipuji dan dikagumi semua orang. Engkau contoh kegagahan.
Akan tetapi, yang kusaksikan ini bukanlah hukuman ketentaraan, melainkan hukum rimba! Di mana ada aturannya seorang panglima yang sudah banyak jasanya seperti Khu-ciangkun.
Tanpa diadili lalu dihukum begitu saja, digantung di dalam rimba? Tidak malukah para panglima yang melakukan tugas rendah ini?”
“Heh, orang muda! Turunlah dan kita bicara yang benar! Aku adalah….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader