BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Demikian, maka berbahayalah. Menghadapi orang dampit di tempat terang dan tempat yang luas, mungkin masih dapat melindungi diri.
Akan tetapi di tempat sempit dan gelap? Mereka terlalu lihai! Tergesa-gesa Han Ki lalu berlari keluar, menggunakan sinar terang dari kitab-kitab yang terbakar di tempat pertempuran tadi.
Akan tetapi ketika ia tiba di luar guha, tempat di luar guha itu sudah terang sekali oleh obor-obor minyak yang dipegang oleh para penghuni Pulau Nelayan yang sudah berkumpul di depan guha.
Maya dan Siauw Bwee berada di antara mereka, akan tetapi kedua orang sumoinya itu dibelenggu!
“Eh…. aku…. aku tidak melakukan apa-apa….” Han Ki berkata gagap. Ia merasa malu sekali karena sekali ini benar-benar ia tertangkap basah!
Dan diam-diam ia siap untuk membela kedua orang sumoinya kalau mereka itu berniat buruk.
“Engkau telah melanggar larangan kami dan telah bertemu dengan Si Dampit!” Kakek botak berkata suaranya dingin sekali.
“Akan tetapi…. dia…. dia yang menyerangku. Aku hanya ingin menyelidiki asal-usul kalian karena aku tertarik, tidak berniat buruk….! Dan aku telah berhasil mengetahui bahwa nenek moyang kalian berasal dari Pulau Es!”
Orang-orang itu saling pandang dan tidak menjawab, kemudian kakek itu berkata lagi, “Kami tidak mengerti apa yang kaukatakan itu, Si Dampit adalah keturunan kami, karena mereka terlahir seperti itu.
Kami anggap sebagai kutukan dan kami percaya bahwa mereka akan mendatangkan malapetaka kalau tinggal bersama kami.
Kelahiran, mereka telah membawa bencana, para penangkap ikan tidak berhasil, angin besar merusakkan tanaman. Karena itu mereka kami asingkan di tempat keramat.”
“Akan tetapi mereka…. lihai sekali!”
“Kami mengajarkan semua kepandaian yang kami ketahui kepada mereka dan karena mereka merupakan seorang dengan empat tangan empat kaki dua kepala, tentu saja mereka lebih tangkas.
Sudahlah, engkau telah melanggar pantangan kami, karena itu sekarang juga engkau dan dua orang sumoimu harus meninggalkan pulau ini!”
“Akan tetapi….!” Han Ki membantah.
“Apakah engkau lebih suka kalau kalian bertiga kami bunuh dan kami korbankan untuk mencegah kemarahan penghuni pulau?”
Han Ki tak dapat membantah lagi, maklum bahwa orang-orang yang percaya takhayul ini tak mungkin di bantah. “Baiklah, kami akan pergi besok pagi.”
“Sekarang juga!”
“Suheng, mengapa membantah? Mereka ini adalah orang-orang bodoh. Mari kita pergi! Aku muak menyaksikan sikap mereka. Pula, bukankah tujuan kita bukan pulau ini?”
Han Ki mengangguk. “Baiklah. Mari kita pergi!” Han Ki lalu menghampiri kedua orang sumoinya, menggunakan tenaga saktinya sekali renggut membikin patah belenggu kedua orang anak perempuan itu.
Menggandeng tangan mereka dan mengikuti orang-orang itu yang mengantarkan ke pantai di mana perahu mereka ditinggalkan. Han Ki kagum menyaksikan betapa mereka semua, laki-laki dan perempuan, juga….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader