BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tidak berani mencoba khawatir gagal dan hal itu sedikit banyak akan menurunkan derajat nama mereka.
Dan memang inilah yang dikehendaki oleh Coa-bengcu, Yaitu agar pibu dapat diselesaikan dengan singkat dan mudah di antara sedikit orang-orang yang memang memiliki kepandaian tinggi!
“Hemm? biarkan aku mencobanya”, Terdengar suara keras dan ketika bayangan orang itu berhenti bergerak di dekat singa besi, kiranya dia adalah bekas kepala perampok di lembah Huang-ho yang dahulu gerombolannya dibasmi oleh Khu Tek San.
Kepala rampok ini bertubuh tinggi kurus, kini dia sudah membungkuk memegang singa besi dengan kedua tangan, mengerahkan tenaganya dan terangkatlah singa besi Itu sampai ke atas pundaknya, kemudian cepat ia melepaskannya kembali singa besi jatuh berdebuk di atas lantai depan kakinya.
Biarpun demikian, bekas kepala rampok ini telah lulus dalam ujian pertama karena, dia telah berhasil mengangkat benda itu sampai ke pundak.
Tepuk sorak menyambut hasil orang pertama yang memasuki sayembara itu dan Siauw Bwee memandang dengan mata penuh kekhawatiran.
Tadi dia sudah mendengar bahwa orang ini adalah musuh ayahnya, maka kalau orang ini sampai menang dan dia terjatuh ke tangannya, tentu akan celaka nasibnya. Melihat sikap Siauw Bwee ini, Maya berbisik,
“Dia memang kuat, akan tetapi tidak sekuat Coa-bengcu, harap kau jangan khawatir.”
Kini kepala rampok itu mengeluarkan pekik nyaring, tubuhnya meloncat tinggi akan tetapi hampir saja ia gagal kalau tidak cepat-cepat mengulur tangan dan dua ujung jari tengah dan telunjuknya berhasil menjepit dan mencabut sebatang paku. Kembali ia disambut dengan sorakan memuji.
Setelah kepala perampok ini, maju seorang laki-laki gendut pendek yang melangkah penuh gaya. Usianya kurang lebih empat puluh tahun dan mukanya berseri-seri.
Mulutnya, tersenyum-senyum penuh aksi, apalagi kalau dia memandang ke arah gadis – gadis cantik murid Bengcu yang melayani para tamu dan kini menonton sambil berdiri berjajar di pinggir.
Terang bahwa langkahnya dibuat-buat, berlenggang-lenggok meniru langkah seekor harimau supaya kellhatan gagah menyeramkan.
Akan tetapi, karena tubuhnya gemuk sekali dan agak pendek, langkahnya tidak mendatangkan kegagahan melainkan mendatangkan pemandangan yang lucu, bukan seperti langkah harimau melainkan seperti langkah seekor babi buntung!
“Heh-heh-heh, maafkan….! Sebetulnya saya tidak berani berlaku lancang. Akan tetapi, karena sayembara ini memperebutkan hadiah yang luar biasa, dua orang nona kecil mungil yang jelita itu, tak dapat saya menahan hasrat hati saya untuk meramaikan sayembara.
Ehemm, saya hanya memiliki sedikit kermampuan, dan kalau nanti mengecewakan, harap Cu-wi tidak mentertawakan saya. Nama saya Ngo Kee, julukan saya. adalah Tai-lek Siauw-hud (Babi Tertawa Bertenaga Besar).”
Melihat semua tamu tersenyum dan ada yang tertawa karena memang lagaknya amat lucu seperti seorang badut, Si Gendut yang berjuluk hebat itu kelihatan makin senang.
Mengerling ke arah gadis cilik Maya dan Siauw Bwee dengan lagak memikat, membasahi bibir bawah dengan lidahnya yang bundar sehingga makin lucu tampaknya, kemudian ia membungkuk…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader