BEBASBARU.ID, INTERNASIONAL – Tentara zionis yang awalnya klaim sebagai pasukan terkuat nomor 4 di dunia kini terpaksa menahan malu tak terkira.
Tentara zionis teryata tak berdaya melawan pasukan ‘apa adanya’ Hamas yang tak perlu seragam militer dan juga peralatan perang canggih.
Lebih hebatnya lagi, pasukan Hamas malah berani jarak dekat berhadapan langsung dengan pasukan zionis.
Tentara banci zionis di kabarkan ketakutan dan merengek pulang, saat pasukan darat yang terkenal dengan sebutan IDF berperang darat dengan pasukan Hamas.
Akibatnya Israel lalu meneken kerjamasa gencatan senjata selama 4 hari, yang akan di umumkan dalam waktu 24 jam dari sekarang.
Sumber pemerintah Israel kepada CNN yang di kutip BEBASBARU,ID Rabu (22/11/2023), menyebutkan kesepakatan ini disetujui oleh mayoritas anggota kabinet Israel.
Kesepakatan ini dicapai usai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mendesak seluruh kabinet mendukung kesepakatan pembebasan sandera di Gaza, dengan pertukaran tahanan Palestina dari tahanan Israel.
Sebelumnya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh juga menyebut kesepakatan gencatan senjata dengan Israel sudah semakin dekat.
Sebagai imbalan dari kesepakatan ini, Israel dan milisi Hamas menyetujui gencatan senjata di Jalur Gaza selama empat hari. Meski demikian, Netanyahu menyebut perang terhadap Hamas akan terus berlanjut.
“Mereka memahami bahwa upaya perang tidak hanya merugikan, namun sebaliknya hal ini akan memungkinkan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) untuk mempersiapkan kelanjutan pertempuran,” kata Netanyahu dalam pernyataan video sebelum rapat kabinet, dikutip CNN.
“Dan saya ingin memperjelasnya lagi di sini: perang terus berlanjut, perang akan terus berlanjut sampai kita mencapai semua tujuan kita: melenyapkan Hamas, memulangkan semua sandera kita,” tutur Netanyahu.
Melalui kesepakatan ini sebagaimana dilansir Al Jazeera, diperkirakan sekitar 150 perempuan dan anak-anak Palestina akan dibebaskan dari penjara Israel. Sementara itu Hamas akan membebaskan 50 sandera dari Gaza.
Ini adalah kesepakatan gencatan senjata pertama antara Israel dengan milisi Hamas, yang ditengahi oleh pemerintah Qatar dan Amerika Serikat.
Kesepakatan ini muncul lebih dari 40 hari sejak agresi Israel atas Palestina yang telah menewaskan lebih dari 14 ribu orang, di mana sebagian di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.***