BEBASBARU.ID, DUNIA ISLAM – Hari Rabu (04/09/2024) dikatakan sebagai Arba Mustamir atau Rabu Wekasan. Rabu dalam tradisi ini berkaitan dengan hari Rabu pada bulan Safar di kalender Islam atau Hijriah.
Katanya, segala penyakit dan musibah diturunkan pada Rebo Wekasan ini. Inilah banyak yang membuat orang jadi was-was untuk bepergian.
Sebab pada hari ini, katanya akan diturunkan penyakit dan bala oleh Allah SWT apakah demikian..?
Bagaimana tradisi ini dalam pandangan Islam?
Dikutip BEBASBARU.ID dari tribun.com, rebo Wekasan merupakan sebuah tradisi yang dilakukan setiap hari Rabu pada bulan Safar dalam kalender Islam atau Hijriah.
Adapun Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah, atau tepatnya setelah Muharam atau sebelum Rabi’ul Awal.
Kegiatan pada Rebo Wekasan meliputi tahlilan atau zikir berjamaah, shalat sunah, dan berbagai makanan dalam bentuk selamatan.
Tradisi Rebo Wekasan pertama kali diadakan pada masa Wali Songo. Saat itu, banyak ulama yang menyebutkan bahwa pada bulan Safar, Allah SWT menurunkan lebih dari 500 macam penyakit.
Sebagai antisipasinya, para ulama kemudian melakukan tirakat dengan banyak beribadah dan berdoa. Diharapkan dengan melakukan hal tersebut, Allah SWT menjauhkan mereka dari segala penyakit dan malapetaka.
Hingga kini, tradisi tersebut masih dilestarikan di berbagai daerah di Indonesia.
Sementara itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa tradisi Rebo Wekasan muncul pada awal abad ke-17 di Aceh, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Sementara, penceramah Buya Yahya menjelaskan amalan-amalan yang ada di bulan Safar termasuk amalan Rebo Wekasan.
Disampaikan Buya Yahya, umat Islam sebaiknya mengerjakan amalan yang bersumber dari Alquran dan hadits.
Buya Yahya pun menerangkan adanya amalan yang berkembang di kalangan masyarakat di daerah tertentu misalnya Rebo Wesana, yang tidak dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW atau bukan anjuran Rasulullah SAW.
Buya Yahya menjelaskan ada sejumlah amalan yang bisa dilaksanakan di bulan Safar sebagaimana di bulan-bulan lainnya, misalnya membaca Alquran.
“Kalau ada amalan lainnya misal baca Yassin, baca doa, sedekah di bulan Safar agar ditolak dari bencana, itu amalan yang sah atau boleh-boleh saja dilakukan, tak hanya dibaca saat rebo wekasan, tapi setiap saat boleh dilakukan,” jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.
Selain itu, saat membaca surah Yassin boleh mengulang-ulang beberapa ayat, misalnya “Salaamun qoulam mirrobbirrohim” sebanyak tiga kali.
Amalan lainnya yakni shalat malam, sebanyak-banyaknya jumlah rakaat yang dilakukan adalah sah.
Namun afdholnya melakukan shalat malam dua rakaat sekali salam, namun bagi yang melakukan empat dan enam rakaat tetap sah.
“Apakah ada shalat tolak bala, yang benar adalah shalat hajat untuk menolak bala, berapapun rakaatnya setelah shalat membaca doa dijauhkan dari marabahaya, atau saat sedekah diniatkan untuk menolak bala, sah,” ucap Buya Yahya.
Karena itu, tidak perlu menghujat amalan-amalan itu. Yang terpenting adalah tidak melakukan kebohongan misalnya mimpi bertemu Nabi SAW.
Selagi tidak bertentangan dalam Islam dan tidak dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW maka boleh-boleh saja.
Terkait amalan rebo wekasan, Buya Yahya menegaskan amalan yang seringkali tersebar di bulan Safar itu bukan bersumber dari hadist Nabi SAW.
“Tidak boleh mengatakan itu dari Nabi sama artinya dengan dusta, kalau memang ada seorang yang shaleh, alim, tidak tampak pada dirinya kemaksiatan kemudian mengucapkan amalan itu, mungkin bisa benar, tapi itu berupa ilham,” ujar Buya Yahya.
Ia menambahkan Allah memberikan ilham kepada seseorang yang kemudian diketahui dan diamalkan oleh orang tersebut.
Meski demikian, ilham yang dimaksud tidak wajib dipercayai. Kendati ilham wali sekalipun tak wajib dipercayai.
“Namun bagi orang yang ingin mempercayai boleh, misalnya anjuran banyak membaca doa karena diyakini bakal ada musibah yang datang di suatu tempat,” papar Buya Yahya.
Terkait hal demikian hendaknya berhusnudzon atau berprasangka baik yang mana hal itu adalah ilham dari para ulama di waktu tertentu bakal banyak musibah. Soal ini boleh dipercayai ataupun tidak.
Mengingkari hal demikian adalah tidak berbahaya bagi kaum muslim, yang berbahaya itu su’ul adzab kepada orang shaleh atau alim ulama.
Pendapat Ustadz Abdul Somad Soal Doa Tolak Bala
Ustad Abdul Somad (UAS) pernah membahas tentang tradisi umat Islam Indonesia pada Rabu Wekasan atau yang juga dikenal dengan Arba Mustakmir ini.
Arba Mustakmir adalah tradisi yang biasa dilakukan di Kalimantan Selatan.
Dilansir dari YouTube Nasehat Islam pada 2 Juni 2018, UAS membahas apakah dibolehkan atau tidak dalam Islam dan bagaimana hukumnya?
“Ziarah kubur di hari Rabu terakhir bulan Safar, boleh tidak? Ziarah kuburnya boleh, bagus saja itu.”
Lalu bagaimana dengan doa tolak bala?
“Lalu berdoa memohon kepada Allah agar kita dihindarkan dari segala musibah, ini juga boleh,” jelas Ustad Abdul Somad.
Namun ketika ditanyakan terkait keyakinan Allah menurunkan ribuan musibah di hari Rabu terakhir Safar atau Arba Mustamir, menurut UAS, itu tak ada haditsnya.
“Itu menurut para ulama tasawuf, mereka dapat itu dari ilham bukan dari hadits Nabi Muhammad.”
Dia menambahkan jika kalau ingin berdoa meminta dihindarkan dari musibah, itu boleh saja dan tidak dilarang.
Kata Syafiq Basalamah
Ustadz Syafiq Basalamah angkat suara mengenai Rebo Wekasan. Menurutnya, amalan Rebo Wekasan muncul karena keyakinan yang tidak benar.
Rebo Wekasan merupakan sebutan untuk hari Rabu akhir bulan Safar, yang konon katanya turun 320 bala atau musibah.
Banyak yang meyakini ketika Rebo Wekasan tidak boleh membuat acara atau bepergian kemana-mana. Karena diyakini tidak akan berjalan lancar atau turun mala petaka, maka dibuatlah amalan Rebo Wekasan.
Diketahui, amalam Rebo Wekasan antara lain melaksanakan shalat khusus, membuat makanan, dan lain-lain. Dikutip dari kanal YouTube Taman Surga, begini kata Ustadz Syafiq Basalamah.
Ustadz Syafiq Basalamah menjelaskan ternyata ada kitab yang menyebutkan bahwa bulan Safar adalah sial.
“Lalu mereka membuat ibadah tertentu, shalat 4 rakaat membaca Al-Kautsar 17 kali, kemudian membaca Al- Iklhas dan seterusnya, juga membaca doa khusus” terangnya.
Kemudian Ustadz Syafiq Basalamah menjelaskan bahwa ketika amalan tersebut dilakukan, maka tidak akan kena bala.
“Bayangkan, ibadah ini muncul karena keyakinan yang tidak benar” tegas Ustadz Syafiq Basalamah. “Ini kita berbicara tentang hal gaib (tidak terlihat) dan tidak diketahui” lanjut ulama ternama tersebut.
Menurutnya, musibah yang diturunkan hanya Allah SWT. yang tahu, sedangkan manusia tidak bisa. “Safar sama dengan yang lainnya, Allah SWT. tidak menentukan satu bulan itu bala” tegasnya.***