BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – kin Suhu menyuruh kita ke sana. Hayo bantulah aku agar kita dapat cepat tiba di sana.” Perahu meluncur cepat sekali dan akhirnya dengan jantung berdebar tegang, tiga orang itu mendarat dan menarik perahu naik ke darat.
Perahu itu amat penting bagi mereka, karena di pulau kosong ini yang dapat menghbungkan mereka dengan dunia ramai hanya perahu itulah.
Setelah menarik perahu sampai jauh ke daratan agar jangan terbawa hanyut air laut kalau pasang dan menyembunyikan perahu di tempat yang aman.
Mereka bertiga mendekati bangunan aneh yang biasanya terdapat di dalam mimpi saja. Pulau itu penuh batu karang yang diselimuti salju sehingga tidak ada bagian yang kelihatan tanah atau batunya.
Pantas saja disebut Pulau Es, karena pulau itu kelihatannya seolah-olah terbuat dari bongkahan es yang amat besar.
Atau sebongkah es raksasa yang mengapung di atas laut, sungguhpun mereka tidak merasakan guncangan sama sekali.
“Pulau Es ini kosong, tidak ada mahluk hidup tinggal di sini, benar seperti kata Suhu!” Han Ki berseru, gembira dan kagum.
“Bagaimana kita dapat hidup di tempat seperti ini?” Maya mencela, “Tidak ada tetumbuhan sebatang pun, tidak ada hewan seekor pun. Kita akan mati kelaparan di sini!”
“Aduh, dinginnya bukan main!” Siauw Bwee menggigil. Mendengar ini, Maya juga menggigil kedinginan.
Han Ki merasa betapa makin lama, keadaan hawa udara di situ makin dingin, menyusup ke tulang-tulang rasa dingin itu sehingga ia harus mengerahkan sin-kang untuk melawan hawa dingin.
Akan tetapi ia maklum bahwa kedua orang sumoinya tentu akan menderita sekali karena untuk dapat melawan hawa yang dingin dan agaknya kalau malam tentu akan makin dingin itu, membutuhkan tenaga sin-kang yang kuat.
“Mari kita berlari cepat ke istana. Di sana tentu tidak sedingin di luar.”
Mereka berlari cepat mendaki bukit karang. Karena pergerakan ini, darah mereka mengalir cepat menimbulkan rasa hangat.
Setelah melampaui beberapa buah bukit karang, akhirnya mereka berhenti dan memandang kagum ke depan.
Di tengah pulau itu, di antara bukit-bukit karang yang mengelilinginya, berdiri megah bangunan Istana yang amat indah.
Karena di situ tidak terdapat debu kotor, bangunan itu nampak gemilang seperti baru, selain indah dengan ukiran-ukiran bermutu, juga kelihatan kokoh kuat. Itulah Istana Pulau Es.
Akan tetapi, karena tempat ini merupakan tempat yang paling tinggi di pulau ini, hawanya lebih dingin lagi sehingga Maya dan Siauw Bwee berdiri dengan tubuh menggigil dan bibir mereka menjadi biru.
“Mari kita masuk!” Han Ki berkata, khawatir melihat keadaan kedua orang sumoinya. Kedua orang anak perempuan itu tidak membantah, akan tetapi ketika mereka bertiga tiba di depan pintu bangunan yang besar, Siauw Bwee menghentikan langkahnya dan bertanya,
“ Suheng…. jangan-jangan ada orangnya di….“
“Aihhh, Sumoi, mengapa engkau begini penakut? Andaikata ada penghuninya sekalipun kita takut apa?” Maya mencela dengan suara nyaring.
“ Jangan khawatir, siapa berani masuk ke sini? Ini adalah tempat tinggal Suhu, tidak ada orang yang akan berani mengganggu. Marilah!” Han Ki….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader