BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ia melihat betapa kedua pedang muridnya itu membuat gerakan saling menusuk.
Ia tidak peduli dan cepat menerjang di tengah-tengah antara mereka sambil mendorongkan kedua tangannya ke kanan kiri.
Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa mengeluarkan pekik tertahan. Tubuh mereka terlempar ke belakang dan masing-masing memandang suhu mereka yang berdiri tegak.
Kedua tangan mendekap lambung kanan kiri yang masih menyemburkan darah melalui celah-celah jari tangan yang menutup kedua luka itu!
“Suhu….!” Kedua orang muda yang agaknya seperti baru sadar dari mimpi itu menjerit berbareng dan keduanya menangis terisak-isak.
“Suhu…. harap Suhu bunuh saja teecu….” Can Ji Kun meratap.
“Suhu, bunuhlah teecu yang berdosa….!” Ok Yan Hwa juga berkata dengan suara merintih.
Sepasang mata Tang Hauw Lam melotot memandang ke arah sepasang pedang di atas tanah.
Pedang itu dilepas oleh kedua orang muridnya setengah dilempar seolah-olah mereka jijik menyaksikan pedang yang berlumuran darah suhu mereka.
Dan sepasang pedang yang terjatuh dalam jarak berpisahan satu meter itu tiba-tiba sudah bergerak seperti saling tarik dan kini bagian gagang mereka saling melekat!
Dia memang tahu akan sifat pedang-pedang itu, yaitu baglan mata pedang saling tolak akan tetapi bagian gagang saling tarik!
“Sepasang Pedang iblis! Pedang-pedang terkutuk…. aaahhhh….!”
“Suhu…. teecu berdosa….!” Ji Kun berkata pula, penuh penyesalan.
“Suhu, bunuh saja teecu….!” Yan Hwa juga meratap lagi.
Tang Hauw Lam menunduk, memandang kedua muridnya. Kemarahan nya lenyap dan kini ia tersenyum!
“Tidak, kalian tidak sengaja…. dan…. dan terima kasih…. aku girang sekali…. akan dapat berjumpa dengan subo kalian…. akan tetapi kalian…. ahh, hati-hatilah…. pedang-pedang itu terkutuk…. aaaahhhh!”
Wajah yang berseri itu memucat, matanya memandang ke atas, lalu ia tersenyum lebar, “Kwi Lan…. isteriku, engkau masih menunggu aku….?
Ha-ha, tunggulah, kekasihku, aku datang….!” Tubuhnya terguling. Kedua orang muridnya menubruk dan ternyata Tang Hauw Lam telah tewas.
Matanya terbuka mulutnya tersenyum dan tarikan wajahnya berseri penuh bahagia!
“Suhu….!” Ok Yan Hwa terguling roboh pingsan dan Can Ji Kun hanya dapat menangis, sebentar memeluk mayat suhunya, kemudian bingung hendak menyadarkan sumoinya.
Tiga hari kemudian setelah mengubur jenazah suhu mereka yang mereka bawa ke Bukit Merak di Khitan dan dikuburkan di sebuah makam Mutiara Hitam.
Kedua orang ini berpamit dari Gu Toan si bongkok yang menjaga kuburan keluarga itu dan yang membantu mereka mengubur jenazah Tang Hauw Lam sambil menghela napas penuh duka.
Ji Kun dan Yan Hwa lalu berpisah, membawa pedang masing-masing.
“Sumoi, mengapa kita harus berpisah? Engkau tahu bahwa kalau kita berpisah, kita berdua akan menderita, akan saling merindukan….”
Can Ji Kun mencoba untuk membujuk sumoinya setelah berhari-hari ia membujuk dengan sia-sia.
Yan Hwa menggeleng kepala dengan duka.
“Tidak, kita telah berdosa. Dosa yang timbul karena kita berkumpul menjadi satu. Kalau dekat denganmu, aku akan selalu teringat akan dosaku terhadap Suhu,….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader