BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Apalagi Raja Mongol yang pada waktu itu sedang kuat-kuatnya? Gunung Merak merupakan bukit kecil, dan, tanah kuburan Raja-raja Khitan berada di lereng bukit itu.
Tang Hauw Lam memilih tempat tinggal tidak jauh dari arah kuburan, sesuai dengan pesan isterinya. Jenazah Talibu dan isterinya pun oleh Pangilma Khitan yang setia, sempat diselamatkan dan dimakamkan di tempat itu pula.
Pendekar ini membangun sebuah pondok kecil di sebelah atas tanah kuburan, dan hidup sebagai pertapa di tempat itu bersama dua orang muridnya.
Kurang lebih lima bulan kemudian, pada suatu pagi ketika Tang Hauw Lam sedang duduk bersamadhi, dia disadarkan teriakan dua orang muridnya.
“Suhu! Ada orang membongkar kuburan!” ‘
Tang Hauw Lam membuka matanya yang klni tampak sayu dan muram. Wajahnya kurus sekali karena pendekar ini jarang sekali makan. Berita yang mengejutkan itu diterimanya dengan tenang.
“Ceritakan yang betul, apa yang terladi, katanya kepada dua orang muridnya yang sudah berlutut di depannya.
“Teecu dan Sumoi pergi ke kuburan untuk bermain-main dan berlatih. Di sana sudah terdapat seorang laki-laki bongkok yang menakutkan. Dia sedang menggali tanah kuburan. Ketika teecu menegurnya dan bertanya ia membentak teecu berdua dan mengusir,” kata Can Ji Kun.
“Dia pasti orang jahat, Suhu. Mukanya menakutkan dan dia galak sekali, mengusir teecu seperti anjing saja!” Ok Yan Hwa menyambung dengan suara penuh kemarahan.
Tang Hauw Lam maklum akan kenakalan kedua orang muridnya, maka ia bertanya sambil memandang tajam.
“Apakah kalian tidak bersikap kurang ajar kepadanya? Apakah dia tidak memberitahukan nama dan apa keperluannya menggali tanah kuburan?”
Melihat sinar mata gurunya penuh selidik, Can Ji Kun tidak berani membohong lalu menceritakan dengan jelas apa yang telah ia alami bersama sumoinya.
Mereka melihat seorang laki-laki bongkok menggali tanah kuburan menggunakan sebuah cangkul. Karena mereka menduga.
Bahwa orang itu tentu tidak berniat baik terhadap kuburan keluarga Raja Khitan yang juga menjadi kuburan keluarga subo mereka itu, dengan marah Ok Yan Hwa meloncat ke dekat laki-laki bongkok itu sambil membentak.
“Haii! Engkau tentu maling yang hendak merampok isi kuburan!”
“Mau apa kau membongkar tanah kuburan? Siapa engkau?” Can Ji Kun juga membentak marah.
Laki-laki bongkok itu menunda pekerjaannya menggali tanah, menoleh dan memandang mereka dengan mata terheran karena sesungguhnya dia tidak mengira akan bertemu dengan dua orang anak-anak di tempat sunyi itu, kemudian berkata nyaring.
“Kalian anak-anak tahu apa? Pergilah bermain di tempat lain, jangan di tempat keramat ini!” Dan dia melanjutkan pekerjaannys menggali, tanah.
Setiap kali cangkulnya menghunjam tanah, sebongkah tanah yang besar terangkat dan ternyata tenaga laki-laki itu besar sekali.
Akan tetapi dua orang anak yang seperti dua ekor anak harimau itu tidak melihat kenyataan ini dan Can Ji Kun membentak,
“Maling kurang ajar, pergilah!” Ia lalu menerjang dengan pukulan tangan …BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader