BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tangan kanannya ke arah punggung yang bongkok “Dukk!” Pukulan Can Ji Kun yang baru berusia sebelas tahun itu amat keras karena dia terlatih semenjak kecil.
Akan tetapi akibat pukulan itu membuat dia terjengkang dan roboh bergulingan, tangannya terasa nyeri.
Melihat suhengnya roboh, Ok Yan Hwa membentak keras, Maling hina! Berani kau merobohkan suhengku?”
Anak perempuan ini menerjang pula dengan pukulan tangan miring ke arah tengkuk Si laki-laki Bongkok yang masih terus menggali tanah tanpa mempedulikan mereka.
“Plakk! Aduh….!” Seperti halnya Can Ji Kun, begitu tangannya mengenai tengkuk laki-laki itu, Ok Yan Hwa terpelanting dan memegang tangannya yang terasa panas dan nyeri.
Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa yang merasa kesakitan tangannya itu masih belum kapok, bahkan kini keduanya mengambil sebuah batu besar dan berbareng menyerang laki-laki itu dengan batu di tangan.
“Hemm…. anak-anak nakal!” Laki-laki itu membalik dan sekali tangkap ia telah merampas dua buah batu itu, kemudian meremas dengan tangan dan dua buah batu itu hancur lebur.
Melihat ini, Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa menjadi pucat, kemudian membalikkan tubuh dan lari untuk melapor kepada suhu mereka.
“Demikianlah, Suhu. Teecu lalu lari ke sini. Orang itu jahat dan lihai sekali!”
“Agaknya dia bukan manusia, Suhu. Mungkin setan! Kalau manusia, perlu apa membongkar kuburan?” kata Ok Yan Hwa.
Hati Tang Hauw Lam tertarik sekali. Kelau ada orang kuat menahan pukulan muridnya yang masih kecil, bukanlah hal yang mengherankan.
Juga meremas hancur batu-batu itu bukan hal aneh. Dalam keadaan biasa, tentu ia akan menegur dua orang muridnya yang dianggapnya lancang.
Akan tetapi laki-laki bongkok itu membongkar tanah kuburan keluarga Raja Khitan! Hal ini amat mencurigakan, maka ia bangkit berdiri dan berkata,
“Akan kutemui dia, akan tetapi kalian hanya boleh menonton saja, jangan sekali-kali lancang mencampuri.”
Dua orang murid itu lalu mengikuti guru mereka sambil berjalan membusungkan dada. Kini Si Bongkok itu akan tahu rasa, pikir mereka karena hati mereka sakit kalau memikirkan kekalahan mereka tadi.
Ketika Tang Hauw Lam tiba di tanah kuburan itu, laki-laki bongkok masih menggali tanah sehingga legalah hati pendekar ini karena ternyata bahwa dua orang muridnya itu tidak membohong.
Akan tetapi dia juga lega melihat bahwa laki-laki itu sama sekali bukan membongkar kuburan karena yang digalinya adalah tanah kosong, sungguhpun tidak jaun dari kuburan raja Khitan.
Ia memperhatikan orang itu. Seorang laki-laki yang bongkok berpunuk, pakaiannya sederhana seperti pakaian pelayan, wajahnya buruk dan kelihatan berduka.
Di atas tanah, tak jauh dari makam Raja Khitan, tampak dua buah guci perak tempat abu jenazah. Makin tertarik hati Tang Hauw Lam.
Dan ia pun merasa kurang senang karena jelas agaknya bahwa orang ini sedang menggali tanah untuk mengubur abu jenazah. Hal ini dianggapnya amat lancang.
Mana mungkin abu jenazah sembarang orang dimakamkan di tanah kuburan keluarga Raja Khitan?…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader