BEBASBARU.ID, INTERNASIONAL – Sampai kini Israel belum juga berhasil kalahkan Hamas di Gaza Paletina, tapi kenapa negeri zionis ini justru buka front baru dengan Iran?
Bahkan, akibat kelakuan Israel ini, Amerika Serikat (AS) sampai ikutan siaga penuh, kalau Iran benar-benar akan serang Israel.
“Selama bertahun-tahun, Iran telah bertindak melawan kami baik secara langsung maupun melalui proksinya; oleh karena itu, Israel bertindak melawan Iran dan proksinya, secara defensif dan ofensif,” jelas Netanyahu, seperti dikutip dari Reuters.
Itulah alasan Israel, kenapa kini nekat serang Iran, yang notabene sejak awal memusuhi Israel dan juga AS.
Analis Timur Tengah, Imran Khalid, dalam tulisannya di Middle East Monitor (MEMO) mengatakan konfirmasi seperti ini jarang dilakukan oleh IDF, apalagi jika terkait serangan Zionis di luar negeri.
Khalid mengutip laporan Jerusalem Post pada 3 April yang menyebut Israel tampaknya sedang berusaha menegaskan kembali kemampuan militernya secara tidak resmi, dengan mengirim sinyal ke seluruh dunia khususnya negara-negara Arab bahwa mereka “masih sekuat sebelumnya dan telah kembali ke kondisi terbaiknya.”
Bukan cuma satu-dua media yang menduga Israel sedang berupaya demikian. Nyaris semua media Israel memiliki penilaian serupa.
“Ada semacam perayaan di Israel seolah-olah IDF telah mampu mengkompensasi kegagalannya yang menyedihkan dalam menghentikan serbuan Hamas ke Israel pada 7 Oktober,” kata Khalid dalam tulisannya di MEMO, Jumat (5/4).
Menurut Khalid, kematian Zahedi memiliki pengaruh besar dalam penebusan dosa IDF terkait serangan Hamas.
Khalid menilai tewasnya Zahedi “telah memberi Netanyahu alasan untuk mempertahankan agenda Rafahnya.”
Rafah merupakan wilayah ujung selatan Palestina yang terancam diserang pasukan militer Zionis. Israel baru-baru ini menyatakan niatnya untuk menyerang Rafah yang kini jadi tempat pengungsian hampir seluruh warga Palestina.
Khalid melanjutkan pembunuhan Zahedi menandai momen penting dalam konflik yang tengah berlangsung di Gaza, karena mewakili tewasnya pemimpin tingkat tinggi IRGC untuk yang ketiga kalinya. Sebelum Zahedi, Pasukan Al Quds telah kehilangan Soleimani dan Hossein Hamedani.
Kematian para petinggi ini pun, menurut Khalid, mau tau mau membuat rezim Iran merugi, sehingga memicu niat balas dendam yang cukup besar terhadap Zionis.
Lebih dari itu, Khalid juga menilai serangan Israel terhadap konsulat Iran menandai momen krusial yang bukan sekadar “penargetan taktis”.
“Hal ini menandakan perubahan dalam strategi Israel yang beralih dari sekadar serangan terisolasi menjadi kampanye yang lebih luas terhadap tokoh-tokoh penting dalam jaringan proksi Iran,” tulisnya.
Serangan ini dinilai tak cuma menyasar individu, tapi juga menjadi pertanda meningkatnya permusuhan, yakni meningkatkan pertaruhan bagi semua aktor yang terlibat dalam perpolitikan Timur Tengah.***