BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Hemm… kaupimpin balk-baik kedua orang murid kita, dan aku… aku akan selalu menantimu dengan setia di pintu gerbang akhirat, Suamiku.”
“Lan-moi…. i” Sekali Ini . Pendekar Hauw Lam yang mencucurkan alr mata. Semalam itu suaml isteri ini mencurahkan kasih sayang sepenuhnya karena mereka merasa di dalam hati bahwa mungkin sekali mereka saling menumpahkan kasih untuk penghabisan kali!
Pada keesokan harinya, dengan mata bengkak dan merah, di samping suaminya yang kelihatan muram dan lesu, Mutiara Hitam memanggil Ji Kun dan Yan Hwa lalu menlnggalkan pesan.
“Aku mau pergi, mungkin lama sekali. Kalian adalah anak-anak yang nakal, akan tetapi kalian harus mentaati semua perintah suhu – kalian, belajar dengan tekun dan rajin sehingga kelak dapat menjadi pendekar-pendekar yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
Jangan membikin malu nama guru-guru kalian. Mutiara Hitam dan Golok Sinar Putih adalah pendekar – pendekar yang terkenal.
Hati-hati kalian, kalau sepergiku kalian tidak menaati Suhu, kalau aku masih hidup, aku sendiri yang akan menghukum kalian dan kalau aku sudah mati, arwahku yang akan menghukum kalian. Mengerti?”
Dua orang murid itu mengangguk-angguk sambil menangis sesenggukan karena mereka sudah mendengar bahwa subo mereka hendak pergi jauh dan mungkin tidak kembalil Setelah berpelukan untuk terakhir kali dengan suaminya, tanpa berkata-kata hanya sinar mata .
Mereka saja yang melepas seribu janji bahwa dalam keadaan hidup ataupun matti mereka pastl akan saling berkumpul kem bali, Mutiara Hitam lalu berkelebat pergi meninggalkan tiga orang yang dikasihinya!
Tang Hauw Lam merasa seolah-olah jantungnya disayat-sayat. Semenjak menikah dengan Mutiara Hitam, ia tidak pernah berpisah dari isterinya yang tercinta itu.
Merantau ke negeri jauh berdua, menghadapi bahaya-bahaya maut berdua, dalam keadaan suka maupun duka selalu berdua dan bersatu hati.
Kini, tiba-tiba isterinya pergi meninggalkannya untuk urusan yang amat berbahaya! Lemah seluruh tubuhnya dan kalau di situ tidak ada dua orang muridnya, tentu Tang Hauw Lam yang biasanya jenaka gembira ini akan menangis menggerunggerung.
Dia lalu mengajak kedua muridnya, mengumpulkan kitab-kitab milik isterinya, menyelipkan Sepasang Pedang Iblis di pinggangnya, kemudian mengajak kedua orang muridnya itu pergi menuju ke Bukit Merak di Khitan.
Dunia ini tampak tidak menarik lagi bagi Hauw Lam. Matahari seolah-olah kehilangan sinarnya, bunga-bunga kehilangan keindahannya dan hatinya selalu merasa kehilangan keindahannya dan hatinya selalu merasa gelisah dan tertekan.
Namun ia tidak pernah mengeluh di depan kedua orang muridnya. Setelah tiba di Bukit Merak, Tang Hauw Lam mulai melatih kedua orang muridnya dengan tekun, akan tetapi sementara itu, hatinya mengharap-harap siang malam akan kembalinya Mutiara Hitam.
Dia hanya makan sedikit sekali dan hampir tak pernah tidur karena kalau siang dia selalu menerawang ke jauh, kalau malam telinganya seolah-olah mendengar langkah kaki isterinya pulang!
Tubuhnya menjadi kurus sekali dan wajahnya menjadi pucat. Menanti dalam keadaan tidak menentu itu benar-benar merupakan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader