BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Merasakan siksaan yang paling berat bagi manusia. Kalau saja ia tahu bagaimana hasil pembalasan dendam isterinya! Berhasilkah? Masih hidupkah isterinya? Ataukah sudah tewas?
Can Ji Kun dan Ok Yan Hwa adalah dua orang anak yang biasanya dimanja oleh Hauw Lam. Suhu mereka ini adalah seorang yang gembira selalu, tidak pernah marah, maka mereka itu amat manja terhadap suhunya.
Hanya subo mereka yang berwatak keras terhadap mereka dan dua orang murid ini amat takut kepada Mutiara Hitam.
Di bawah asuhan suami isteri itu, mereka berdua akan menjadi murid-murid yang baik karena dari Hauw Lam mereka mendapatkan kasih sayang yang diperlihatkan dan menerima kegembiraan, adapun dari Mutiara Hitam mereka mendapatkan tekanan agar rajin dan mengenal disiplin.
Kini setelah Mutiara Hitam pergi, tidak ada yang mereka takuti lagi dan biarpun mereka masih tekun belajar di bawah asuhan Tang Hauw Lam, namun mereka itu kini sering kali bermain-main sendiri dan tidak mempedulikan guru mereka.
Hal ini adalah karena Tang Hauw Lam Juga sudah seperti sebuah arca, kehilangan semangatnya sehingga dia pun tidak mempedulikan muridnya kecuali dalam hal pelajaran ilmu silat.
Setelah dua orang murid itu tahu bahwa subo mereka pergi hendak membunuh Raja Mongol dan melakukan tugas yang berbahaya sekali.
Mereka kini pun ikut menanti-nanti sehingga tiga orang ini selain belajar ilmu. Juga sering kali duduk termenung menanti kembalinya Mutiara Hitam yang amat diharap-harapkan.
***
“Mengapa Paduka tidak suka ikut bersama bibi Paduka Mutiara Hitam saja? Bukankah dengan ikut beliau, Paduka sama dengan ikut orang tua sendiri dan kelak dapat mempelajari ilmu silat tinggi yang dimiliki pendekar sakti Mutiara Hitam?”
Khu Tek San bertanya kepada Maya ketika mereka duduk beristirahat di bawah pohon besar berlindung dari terik matahari.
Maya menarik napas panjang. Paman Khu, harap jangan menyebut Paduka padaku. Sesungguhnya, aku bukanlah puteri Khitan aseli, dan aku hanyalah anak pungut Raja dan Ratu Khitan saja!
Mereka tidak mempunyai keturunan dan aku adalah seorang yang yatim piatu. Karena itulah, maka aku tidak suka ikut dengan Bibi Mutiara Hitam yang tentu tahu pula bahwa aku bukan keponakannya sesungguhnya. Aku orang biasa, Paman Khu.”
Khu Tek San mengerutkan alisnya. Baru sekarang ia mendengar akan hal ini. Akan tetapi, anak sendiri ataukah anak angkat sama saja, anak ini adalah puteri Khitan yang harus dia lindungi dan ia hadapkan kepada gurunya.
“Baiklah, Maya. Mulai sekarang, demi keselamatanmu sendiri, engkau kuaku sebagai keponakanku. Marilah kita melanjutkan perjalanan.”
“Di depan sana, lewat bukit itu, adalah benteng bertahanan barisan Sung, kawan-kawan sendiri. Setelah bertemu mereka, perjalanan ke selatan tentu lebih lancar. Kita dapat menunggang kuda.”
Berangkatlah mereka berdua dan karena biarpun baru berusia sepuluh….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader