BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dia tidak menyesal. Mati bukan apa-apa bagi seorang gagah, apalagi kalau ia teringat akan Hong Kwi, kematian hanya merupakan kebebasan daripada penderitaan batin akibat kasih tak sampai.
Namun hatinya diliputi penyesalan dan kekhawatiran kalau ia teringat akan Menteri Kam Liong, kakak sepupunya itu.
Dia maklum bahwa semua perbuatannya yang tentu dianggap mengacau Istana dan dianggap berdosa besar, pasti akan mengakibatkan hal yang tidak baik terhadap Menteri Kam padahal ini sungguh tidak ia kehendaki dan ia merasa menyesal sekali.
Betapapun juga, dia lalu mengerahkan tenaga sehingga tubuhnya dapat rebah telentang, matanya memandang langit-langit kamar tahanan.
Sedikit pun tidak ada keluhan keluar dari mulutnya, dan dengan kepandaiannya yang tinggi, Han Ki dapat “mematikan rasa” sehingga tubuhnya tidaklah terlalu menderlita.
Ia menyerahkan nyawanya kepada Tuhan dan siap menerima datangnya maut dalam bentuk apapun juga.
***
Dugaan Han Ki memang sama sekali tidak meleset. Peristiwa yang terjadi itu membawa akibat yang amat jauh dan hebat, dia pun tidak tahu nasib apa yang menimpa Maya dan Siauw Bwee, yang ia tinggalkan di tengah jalan.
Ketika Menteri Kam Liong dan muridnya, Panglima Khu Tek San meninggalkan Istana yang mengakhiri pesta penyambutan tamu agung sampai tengah malam.
Membuat hati guru dan murid ini lega karena semenjak munculnya Maya dan Siauw Bwee tadi membuat hati mereka amat tidak enak, mereka berpisah.
Panglima Khu pulang ke gedungnya sendiri dengan tergesa-gesa. Dia ingin segera sampai di rumah dan menegur puterinya yang telah berbuat lancang menggegerkan Istana bersama Maya.
Akan tetapi, dapat dibayangkan betapa kaget hatinya ketika sampai di rumah, dia disambut teguran isterinya mengapa Siauw Bwee dan Maya tidak diajak pulang!
“Apa….? Mereka sudah pulang lebih dulu, malah diantar oleh Kam-susiok!” Panglima ini berkata dengan suara keras.
Maka paniklah keluarga Khu dan Panglima itu pun segera menyuruh anak buahnya untuk berpencar mencari puterinya dan Maya.
Juga dia sendiri ikut mencari, karena sungguhpun ia tidak usah merasa khawatir akan keselamatan dua orang anak perempuan yang diantar oleh susioknya itu.
Namun peristiwa yang terjadi di istana sebagai akibat kelancangan Maya dan Siauw Bwee membuat hatinya tidak enak.
Apalagi karena urusan Yucen dan Jenderal Suma jelas memperlihatkan sikap bermusuhan dengan gurunya.
Akan tetapi, malam itu ternyata terjadi hal yang amat menggelisahkan hati panglima ini secara susul-menyusul, karena waktu ia meninggalkan rumahnya lagi untuk mencari jejak puterinya dan Maya.
Ia dikejutkan oleh berita bahwa Kam Han Ki mengamuk di taman istana dan dikeroyok oleh para pengawal!
Tentu saja ia terkejut sekali, akan tetapi apa yang dapat ia lakukan? Ia dapat menduga bahwa tentu hal itu ada…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader