BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Pedangnya ke arah lawan. Si Muka Kuda miringkan tubuh, goloknya menyambar ke depan dari samping. “Crokk!” Terdengar jerit mengerikan karena lengan kanan laki-laki bertopi lebar itu terbabat putus sebatas siku!
Maya menyaksikan semua itu tanpa berkedip. Kalau hanya pemandangan seperti itu saja, dahulu ketika ia menjadi tawanan gerombolan Bhutan, setiap hari dilihatnya, bahkan yang lebih dari itu pun!
Akan tetapi yang mengherankan hati Maya, laki-laki bertopi lebar itu masih hidup, menggunakan lengan kirinya mengeluarkan sebuah amplop dan hendak memasukkan amplop ke mulutnya.
“Crass!” Kembali golok menyambar dan lengan kiri ini pun buntung sampai surat itu melayang dan disambar oleh tangan kanan Si Muka Kuda.
Laki-laki bertopi lebar itu mengeluh dan masih dapat mengeluarkan kata-kata terakhir sambil terengah-engah, “Siangkoan Lee…. bunuh aku tapi…. jangan ganggu…. Khu-ciangkun….!”
Terpaksa Maya membuang muka ketika melihat laki-laki bermuka kuda itu melangkah maju, mengayun golok dan…. memenggal leher laki-laki bertopi lebar. Ia menoleh ke arah perwira Yucen yang sudah muncul sambil berkata.
“Bawa kepalanya!” Perwira Yucen ini dengan muka berseri girang menyambar rambut kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya, memuji.
“Sungguh hebat bukan main kepandaianmu, Siangkoan-taihiap! Masih begini muda sudah memiliki kepandaian yang luar biasa!
Raja kami tentu akan senang sekali mendengar pembongkaran rahasia Panglima Khu yang palsu ini!” “Aku hanya menjalankan tugas. Marilah!” kata pemuda muka kuda yang bukan lain adalah Siangkoan Lee.
Bekas pelayan murid dan juga pembantu Panglima Suma Kiat.Dua orang itu lalu berjalan pergi, Siangkoan Lee membawa sampul surat yang dirampasnya, sedangkan perwira Yucen itu membawa kepala yang masih meneteskan darah itu.
Entah mengapa, hati Maya tertarik sekali dan perasaannya condong untuk membantu orang yang disebut Panglima Khu.
Dia tidak tahu urusannya, hanya tahu bahwa laki-laki bertopi lebar tadi adalah utusan yang menghubungkan Panglima Khu dengan gurunya.
Tahu pula bahwa Si Muka Kuda itu disebut pengkhianat dan bernama Siangkoan Lee, dan kagum menyaksikan betapa laki-laki bertopi lebar itu dalam saat terakhir masih hendak melindungi Khu-ciangkun dan bahkan hendak memusnahkan sampul suratnya!
Dia tidak mengerti apa artinya semua itu, namun sekali pandang saja dia merasa tidak suka bahkan membenci pemuda muka kuda dan bersimpati kepada Panglima Khu yang belum pernah dilihatnya.
Karena itu, melihat dua orang itu melangkah pergi, diam-diam Maya mengikuti mereka dari jauh. Dia dapat menduga bahwa Panglima Khu terancam bahaya, entah bahaya apa.
Maka dia ingin melihat perkembangannya dan kalau mungkin dia akan memperingatkan Panglima Khu itu agar terlepas dari bahaya belakang Mengapa Siangkoan Lee berada di tempat itu?
Seperti kita ketahui, Siangkoan Lee adalah bekas pelayan yang menjadi murid Panglima Suma Kiat. Setelah putera tunggal Panglima itu, Suma Hoat….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader