BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menahan senyum, sikap dan suaranya halus, namun tidak urung tampak juga bahwa nona cilik ini mengejek kepada sucinya yang tadi takut kelaparan berada di pulau itu. Tapi diam-diam mereka terus berlomba.
“Hemm, semua bahan makanan ini paling lama hanya bertahan untuk beberapa bulan saja. Kalau sudah habis, ke mana kita akan mencarinya?” Maya mempertahankan ke khawatirannya.
“Kita bisa mencari ikan di laut,” kata Siauw Bwee.
“Hemm, kalau engkau mempunyai kepandaian seperti para nelayan yang tinggal di Pulau Nelayan, tentu mudah, Sumoi.
Sayang sekali, hawanya di sini amat dinginnya sehingga sekali menyelam, sebelum mendapat seekor ikan pun, engkau sudah akan membeku dan sebaliknya menjadi makanan ikan.
Sumoi, aku tidak takut mati kelaparan, akan tetapi kita harus memandang jauh kalau memang benar akan selamanya belajar ilmu bertahun-tahun di tempat ini.”
Melihat betapa kedua orang sumoinya kembali hendak bertengkar, Han Ki cepat berkata,
“Sudahlah, Sumoi berdua, tidak ada gunanya ribut-ribut. Kalian. berdua memang benar semua. Khu-sumoi benar.
Karena memang kita tidak perlu berkecil hati, dan Maya-sumoi juga benar bahwa kita harus mencari akal bagaimana kita akan dapat hidup bertahun-tahun di tempat yang tiada tumbuh-tumbuhan ini dengan selamat. Jangan kalian khawatir.
Dalam pelayaran ke tempat ini kita melalui pulau-pulau yang subur, dan kurasa di tempat yang subur tentu terdapat binatang-binatang buruan dan buah-buahan serta seyur-sayuran.
Kelak aku akan melakukan penyelidikan dengan perahu dan mencari bahan makanan secukupnya.
Sekarang, lebih baik membantu aku untuk membuat api dan memasak makanan dari bahan peninggalan Suhu untuk mengisi perut.
Dengan bijaksana Han Ki melerai dan kedua orang sumoinya melupakan perbantahan mereka, kemudian mereka berdua kembali berlumba untuk membuat masakan yang seenak-enaknya.
Ternyata dalam hal membuat masakan ini pun keduanya tidak mau saling mengalah, atau lebih tepat lagi, Maya tidak pernah mau kalah oleh sumoinya dalam hal apa pun.
Siauw Bwee yang wataknya lebih halus kini mulai banyak mengalah sehingga diam-diam Han Ki mulai dapat menilai watak kedua orang sumoinya.
Maya keras hati, keras kepala dan tidak mau kalah mau kalah sungguhpun di dasari kejujuran dan juga mempunyai kasih sayang kepada Siauw Bwee.
Sebaliknya Siauw Bwee memiliki kekerasan hati yang tidak kalah teguh oleh Maya, akan tetapi kekerasan hatinya tertutup oleh sifatnya yang halus sehingga dia tidak segan-segan untuk mengalah terhadap sucinya.
Ada satu hal yang menguntungkan dalam sifat saling tidak mau kalah, dan saling berlomba antara kedua orang anak perempuan itu, dalam hal mempelajari ilmu silat.
Dalam hal ini pun, dua orang anak perempuan itu agaknya merasa takut kalau sampai ketinggalan dan hal ini amat menggembirakan hati Han Ki.
Kedua orang sumoinya merupakan ”murid-murid” yang amat baik, cepat sekali memperoleh kemajuan justeru karena sifat mereka tidak mau saling mengalah dan terus berlomba siapa yang lebih unggul.
Betapapun lelahnya, seorang di antara mereka, kalau melihat yang lain berlatih, dan akan terus melanjutkan latihannya.
Seolah-olah merasa khawatir kalau beristirahat akan tertinggal jauh, Keduanya sama tekun dan sama cerdik, kitab-kitab….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader