BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Peninggalan Bu Kek Siansu yang mereka pelajari di bawah pengawasan dan bimbingan Han Ki mereka “sikat” satu demi satu!
Tentu saja mereka berdua memperoleh kemajuan yang amat cepat. Juga Han Ki sendiri sampai terbawa hanyut oleh semangat kedua orang sumoinya.
Sehingga dia pun dengan amat tekunnya melatih diri dan mempelajari ilmu-ilmu yang lebih tinggi, yang ia pelajari dari kitab-kitab peninggalan suhunya.
Dengan, dasar yang telah dimilikinya, tidak terlalu sukar baginya untuk melatih diri dengan ilmu yang lebih tinggi.
Akan tetapi, di samping kegembiraannya melihat persaingan antara kedua orang sumoinya yang membuat mereka berdua maju cepat dalam berlatih silat.
Kadang-kadang Han Ki menjadi pusing kalau melihat persaingan itu berlarut-larut sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak enak.
Sungguh sukar bagi seorang laki-laki dewasa seperti dia tinggal di atas pulau kosong bersama dua orang gadis remaja yang sedang manja-manjanya dan bengal-bengalnya.
Apalagi menghadapi Maya yang makin lama makin tampak kegalakannya, terdorong oleh kekerasan hatinya yang membaja.
“Aku akan mempelajari ilmu di sini sampai dapat mengalahkan semua musuh-musuhku!” Pada suatu malam Maya berkata ketika mereka bertiga menikmati makanan malam seadanya.
“Kalau belum kubasmi habis musuh-musuhku, belum lega hatiku!”
Karena maklum bahwa sumoinya yang galak ini tidak perlu ditanggapi karena akan berlarut-larut, Han Ki hanya mengangguk.
“Lebih baik sekarang mempelajari ilmu dengan tekun. Ilmu silat tidak ada batasnya dan di dunia ini banyak sekali terdapat orang pandai, Sumoi.”
Akan tetapi, Siauw Bwee yang selalu ingin melayani Maya, seolah-olah dia ingin melihat sucinya itu untuk kemudian ia permainkan dan tertawa, segera bertanya. Makin lama persaingan keduanya makin sengit.
“Eh, Suci. Siapa sih itu musuh-musuhmu yang begitu banyak sehingga kau hendak membasminya semua?”
“Musuh-musuhku?” Sepasang mata Maya yang indah sekali itu kini memancarkan sinar sehingga Han Ki memandang kagum.
Di bawah sinar api penerangan, mata itu sedemikian indahnya, seperti sepasang bintang yang terang cemerlang!
Bukan main indahnya sepasang mata Maya! Bentuknya indah sekali. Bola matanya begitu jernih sehingga perbedaan antara warna putih dan hitamnya mencolok sekali di tengah bagian yang hitam tampak titik yang hitam namun seolah-olah mengeluarkan api!
“Siapa lagi kalau bukan Kerajaan Mongol yang biadab dan Kerajaan Sung yang curang? Akan kubasmi mereka semua kelak!”
Diam-diam Han Ki terkejut. Bukan main sumoinya ini. Kiranya menaruh dendam sakit hati yang demikian besar atas kematian ayah bunda angkatnya.
Sungguh dendam yang tidak pada tempatnya kalau ditujukan kepada dua buah kerajaan! Akan tetapi ia maklum bahwa kalau dibantah, sumoinya ini akan lebih “ngotot” lagi, maka dia diam saja.
Akan tetapi seperti biasa, Siauw Bwee tidak mau “kalah” begitu saja dan ia langsung mencela, “Aihhh, Suci. Pandanganmu itu keliru sekali!”
“Apa? Keliru katamu kalau aku mendendam kepada dua kerajaan yang telah menghancurkan kerajaan ayahku, telah membunuh ayah bundaku? Keliru katamu? Di mana letak kekeliruannya, Sumoi yang manis?”
Biarpun Maya menyebut “sumoi yang manis” namun jelas bahwa dia marah terhadap Siauw Bwee dan menantangnya untuk berdebat. Han Ki maklum….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader