BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Pentang menyambar untuk menjepit pisau kiri Mahendra. Tokoh India ini kaget sekali.
Biarpun yang mengancam pisaunya hanya dua buah jari, namun ia maklum bahwa jari-jari kecil mungil itu mengandung tenaga sin-kang yang membuat cepitannya sekuat cepitan baja dan ada bahayanya pisaunya terampas.
Cepat ia mengangkat tangannya ke atas. Mutiara Hitam tertawa dan Mahendra terkejut, cepat hendak mengelak namun telambat.
Dia tadi telah kena dipancing sehingga menekuk tengannya melindungi pisau, akan tetapi kiranya jari tangan Mutiara Hitam telah menotok sambungan sikunya.
Sehingga seketika lengan kirinya menjadi lumpuh dan sebelum dia tahu bagaimana terjadinya, pisau kirinya telah berpindah ke tangan kanan Mutiara Hitam yang cepat menyambar dan merampasnya pada detik lengannya lumpuh tertotok tadi.
***
Bagus! Hebat kau Mutiara Hitam, akan tetapi aku masih belum kalah!” Mahendra membentak dan kini menerjang makin hebat dengan pisau kanannya.
Mutiara Hitam melemparkan pisau rampasannya kepada suaminya yang menerima pisau itu dan memeriksanya penuh kagum karena pisau itu terbuat dari logam yang aneh dan amat kuat pula.
“Mahendra, bersiaplah engkau untuk mengakui keunggulan Mutiara Hitam dan membuatkan sepasang pedang untuk membayar taruhanmu!”
Mutiara Hitam berseru dan kini wanita sakti itu menerjang lawannya dengan gerakan yang membuat Mahendra benar-benar bingung.
Tubuh wanita itu lenyap dan yang tampak hanya bayangan putih seperti awan yang bermain-main, namun mengandung angin berpusingan yang membuat tubuh Mahendra ikut pula berputaran tanpa dapat dicegahnyalagi.
Itulah jurus Khong-in-loh-hwa (Awan Kosong Rontokkan Bunga) dari ketigabelas jurus ilmu silat sakti! Mahendra berusaha untuk mempertahankan diri.
Namun tubuhnya berputar makin cepat dan tak dapat dikuasainya pula dan tahu-tahu pisau kanannya telah terampas pula, lututnya tertendang sehingga ia jatuh berlutut di depan Mutiara Hitam!
“Aku mengaku kalah, Mutiara Hitam!” kata kakek hitam itu penuh kagum.
Juga Nila Dewi yang mengikuti jalannya pertandingan dengan seksama mengerti bahwa dia pun bukanlah tandingan Mutiara Hitam, maka ia lalu melangkah maju dan berkata.
“Kami tidak mendapat kesenangan memperoleh anak bertulang baik, tidak pula dapat menikmati kemenangan pertandingan, biarlah kita menikmati pembuatan pedang dengan bahan yang aneh.
Keluarkanlah logammu itu, Mutiara Hitam, kami akan saling berlumba membuatkan pedang terbagus untukmu.”
Tang Hauw Lam mengeluarkan dua butir bola logam putih dari bungkusan dan menyerahkan dua buah logam itu kepada Nila Dewi dan Mahendra.
Ketika dua orang itu menerima dan memeriksa logam itu, mereka terbelalak dan membuat gerakan seperti orang menyembah dengan hormat. Mulut Mahendra berkata lirih, “Ya, Tuhan…., ini…. besi bintang putih….!”
Nila Dewi juga terbelalak, mukanya agak pucat dan ia berkata, “Luar biasa…. dan kita…. yang mendapat kehormatan membuatkan pedang…. dari logam mulia dan keramat ini….!”
Mutiara Hitam sejak tadi memandang penuh perhatian dan kekaguman, kemudian ia berkata, “Apakah kalian hendak mengatakan bahwa kalian….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader