BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Keperihan hati. Kata-kata tadi amat menusuk perasaannya karena tepat sekali menyindir keadaannya.
Puluhan tahun menyembunyikan diri, melarikan diri dari Ratu Yalina, dari musuh-musuh mendiang ibunya. Kemudian ia melihat akibat perbuatannya dengan terlahirnya Kiang Liong, terlahirnya Talibu dan Kwi Lan.
Akan tetapi ia tetap masih menyembunyikan semua itu, dengan dalih menjaga nama baik mereka! Ah, lebih tepat menjaga nama baiknya sendiri. Ia memang pengecut selama ini!
“Sudahlah!!” katanya dengan keluhan berat dengan dua titik air mata membasahi matanya dan sekali renggut robeklah jubah pengemis dan tampak pakaian aselinya, pakaian Suling Emas!
“Akulah Suling Emas dan memang aku pernah mempergunakan nama mendiang sahabat Yu Kang Tianglo! Akan tetapi hal ini tidak menyinggung siapapun juga. Siapakah engkau ini yang mencampuri urusanku?”
“Tidak menyinggung orang lain akan tetapi menyinggung aku, Suling Emas!” kata kakek itu sambil merobek pula jubah “Suling Emas”nya dan ternyata ia berpakaian ringkas sederhana.
“Namaku adalah Ong Toan Liong dan aku suheng dari Yu Kang Tianglo! Ketika engkau menyamar sebagai Yu Kang Tianglo, aku bersusah payah membantu Kauw Bian Cinjin membalaskan kehancuran Beng-kauw!
Dan engkau enak-enak saja mempermainkan kaum pengemis dengan penyamaranmu. Suling Emas tertegun dan pada saat itu, Yu Siang Ki melompat naik ke atas papan panggung, langsung berlutut di depan kakek itu sambil berseru.
“Ong supek (Uwa Seperguruan Ong)….! Mendiang Ayah banyak bercerita tentang Supek…. kenapa baru sekarang Supek memperkenalkan diri?”
Ong Toan Liong atau yang terkenal dengan julukan Hui-to-ong (Raja Golok Terbang) mengelus kepala dan pundak murid keponakannya.
“Aku sudah tua dan tadinya ingin mengaso di pegunungan. Siapa tahu timbul urusan kehancuran Beng-kauw dan urusanmu di sini.
Ayahmu dulu sering menyatakan kepadaku bahwa ia ingin sekali melihat puteranya menjadi seorang gagah, akan tetapi tidak perlu melanjutkan hidup sebagai pengemis.
Siapa kira, Suling Emas yang kukagumi malah menjadi gara-gara kau diangkat menjadi pangcu.” Suling Emas berdiri melamun dengan hati duka.
Pada saat itu, di antara para penonton meloncat naik seorang pemuda yang langsung berlutut di depan Suling Emas sambil berseru.
“Suhu….!” Suling Emas memandang dan ketika mengenal bahwa pemuda ini adalah Kiang Liong hatinya seperti diremas dan kembali dua titik air mata meloncat keluar ke atas pipinya.
“Liong-ji…., (Anak Liong….), mengapa kau menyusulku….?” Kiang Liong melangkah heran. Baru kali ini suhunya memanggilnya Liong-ji dengan suara menggetar seperti itu.
Tidak biasanya gurunya memperlihatkan kelemahan. Alangkah herannya ketika ia merasa kepalanya dielus-elus dan dibelai, dan lebih terkejut lagi melihat dua titik air mata di atas pipi gurunya.
Kiang Liong memang sedang bingung dan berduka karena ia menjadi orang buruan pemerintah. Maka kini dielus-elus dan melihat gurunya terharu, ia pun tak dapat menahan hatinya dan betapapun ia menggigit….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader