BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bibir, tetap saja air matanya jatuh berderai. “Suhu…. Suhu…. teecu…., ahhh….“ Barulah Suling Emas terkejut dan sadar akan keadaannya.
Tentu telah terjadi peristiwa yang amat hebat maka muridnya yang biasanya tenang ini sampai menangis. Ia cepat membalikkan tubuh menjura ke arah Ong Toan Liong dan berkata.
“Cukuplah, Ong-twako. Maafkan semua kesalahanku dan selamat berpisah. Siang Ki, kauturutlah semua petunjuk supekmu. Hayo Liong ji, kita pergi!”
Ia menarik tangan Kiang Liong dan mereka berdua meloncat jauh dan lenyap dalam sekejap mata. Sepeninggalan Suling Emas dan muridnya, Yu Siang Ki lalu membubarkan pertemuan.
Kemudian ia mempersilakan supeknya masuk ke dalam. Di situ supek dan murid keponakan itu menceritakan pengalaman masing-masing.
Akhirnya atas permintaan Siang Ki, sesuai pula dengan keinginan ayahnya agar ia tidak menuntut penghidupan pengemis.
Yu Siang Ki mohon kepada supeknya agar sudi membimbing Khong-sim Kai-pang karena ia sendiri ingin merantau memperluas pengetahuannya.
Ong Toan Liong yang tahu pula bahwa kedudukan kaum kai-pang terancam oleh kaum sesat, menyanggupi, maka secara resmi Ong Toan Liong diangkat menjadi Ketua Khong-sim Kai-pang.
Beberapa hari kemudian Yu Siang Ki lalu pergi merantau, tentu saja tujuan pertama perjalanannya adalah menyusul Song Goat, tunangannya!
Adapun Suling Emas membawa muridnya keluar kota. Di tempat sunyi jauh di luar kota, mereka berhenti, duduk di pinggir jalan dan Kiang Liong lalu menceritakan pengalamannya.
Semenjak ia mengejar Suma Kiat sampai ia hampir ditangkap oleh pasukan kota raja. “Tidak sekali-kali teecu hendak memberontak terhadap perintah Kaisar, Suhu.
Akan tetapi Mutiara Hitam mengamuk dan merobohkan para perajurit, kemudian memaksa teecu untuk melarikan diri. Teecu bingung dan terpaksa lari, lalu teecu mencari Suhu untuk mohon pertimbangan.
Teecu dianggap pemberontak dan tidak mentaati Kaisar. Kalau memang Suhu memutuskan bahwa teecu harus menyerahkan diri, sekarang juga teecu akan berangkat ke kota raja.”
Suling Emas termenung. Kemudian dengan suara berat ia berkata, “Kiang Liong, sebelum aku bicara tentang hal itu, lebih du’lu kau bersiaplah menerima pembukaan rahasia besar hidupmu.”
“Liong-li, ketahuilah, Nak, bahwa engkau ini sebenarnya adalah puteraku sendiri.” “Suhu….!” Wajah Kiang Liong menjadi pucat sekali ketika ia menengadah dan menatap wajah gurunya.
Suling Emas tersenyum. Kini hatinya bebas tidak terdapat ganjalan seperti biasanya kalau ia berhadapan dengan puteranya ini.
Ong Toan Liong memang betul. Orang tidak perlu bersembunyi dari kenyataan, baik manis maupun pahit. Orang tidak bisa lari daripada pertanggungan-jawab perbuatannya.
Sudah berani berbuat harus berani menanggung risiko, betapapun beratnya. Setelah dihadapi kenyataannya malah tidak seberat kalau dijadikan ganjalan hati.
“Bukan suhu, melainkan ayah, Anakku. Dengarlah baik-baik dan engkau tidak perlu tersinggung atau malu karena cinta kasih antara ibumu dan aku dahulu adalah cinta kasih yang murni, yang diputuskan orang karena paksa.
Dahulu sebelum menikah dengan ayahmu, ibumu dan aku saling mencinta….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader