BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Oleh Suling Emas dan pasukan Khitan, bahwa Pangeran Talibu dan Puteri Mimi yang ditahan di sana telah dibebaskan dan kembali ke Khitan.
Juga tentang kematian Siauw-bin Lo-mo dan Pak-sin-ong oleh Suling Emas yang dibantu oleh seorang kakek cebol berkepala raksasa yang amat aneh dan lihai!
Dua orang muda itu menduga-duga dan Kiang Liong berkata, “Tak salah lagi, kakek aneh itu tentulah Bu-tek Lo-jin!”
“Guru Berandal? Betul-betul dia datang?” tanya Kwi Lan, tertawa geli kalau teringat kepada Hauw Lam. Muridnya begitu ugal-ugalan, entah bagaimana gurunya!
“Tentu dia, siapa lagi kakek begitu aneh yang dapat menandingi orang-orang seperti Siauw-bin Lo-mo? Akan tetapi, agar dapat mendengar keterangan lebih jelas, mari kita memasuki kota raja.
Mungkin Suhu masih berada di kota raja.” Mereka melanjutkan perjalanan. Di depan pintu gerbang kota raja, mereka disambut pasukan kota raja sebanyak dua losin orang yang dikepalai seorang komandan.
Begitu bertemu, komandan itu lalu membentak. “Kiang Liong, lebih baik engkau menyerah!” Kiang Liong terkejut bukan main. ia mengenal komandan ini, seperti juga komandan yang lain.
Dia sudah terkenal dan selalu dihormati mereka. Bagaimana sekarang komandan ini membentak suruh ia menyerah?
“Heii, apa maksudmu?” ia balas bertanya, terheran-heran. Komandan ini berkata angkuh, “Lekas berlutut dan dengarkan firman Kaisar!”
Melihat betapa komandan itu mengeluarkan segulung surat perintah, Kiang Liong segera berlutut, mendengarkan bagaikan mimpi suara komandan itu yang lantang membacakan surat perintah.
Hampir tidak percaya ia ketika mendengar bahwa surat perintah itu adalah pernyataan Kaisar bahwa dia adalah seorang pemberontak yang memancing permusuhan dengan bangsa Hsi-hsia dan tidak mentaati perintah damai dari Kaisar!
Ia termenung tak dapat berkata-kata. Ketika komandan menghampirinya membawa belenggu, ia menyerahkan kedua lengannya tanpa membantah, wajahnya pucat.
“Heii, lepaskan dia!” Tiba-tiba Kwi Lan menerjang maju dan Si Komandan terpental jauh, jatuh bergulingan dan pingsan!
Dua losin tentara mengurung, namun Kwi Lan mengamuk. Begitu kaki tangannya bergerak, enam orang tentara sudah terpelanting, roboh! “Nona, jangan….!” Kiang Liong berseru menahan.
“Jangan bagaimana? Kiang Liong, engkau mengapa begini lemah? Biar kaisar biar setan kalau perintahnya tidak benar perlu apa ditaati?
Kau tidak bersalah hendak ditangkap, masa menyerah begitu saja? Kau boleh menyerah, akan tetapi aku tetap tidak membiarkan kau ditangkap!”
Kiang Liong bingung, apalagi melihat nona itu mengamuk terus dan setiap orang tentara yang mendekatinya tentu terpelanting roboh.
Ia menghela napas, kemudian mengambil keputusan untuk sementara lari dan mencari suhunya minta pertimbangan agar mencegah Mutiara Hitam mengamuk yang dapat menimbulkan bencana lebih besar lagi. …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader