BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Masuk dan masih sempat menegur dan mencegah Suma Kiat yang hendak melakukan perbuatan keji terhadap Kwi Lan.
Suma Kiat kaget bukan main dan sejenak ia hanya dapat memandang Kiang Liong dengan melongo dan muka pucat.
Kiang Liong sebaliknya menyapu ke dalam dan memandang ke arah Kwi Lan. Hatinya bersorak lega melihat bahwa kedatangannya belum terlambat.
Biarpun gadis itu dalam keadaan tertotok, namun tidak lebih daripada itu. Diam-diam Kiang Liong merasa heran bagaimana Kwi Lan dapat terhindar daripada penghinaan yang hebat.
“Piauw-heng (Kakak Misan)…. kau…. menyusul ke sini? Ah, Piauw-heng…. Ibuku telah…. telah meninggal dunia….” Dan Suma Kiat menangis!
“Suma Kiat!” Kiang Liong membentak marah. “Simpan air mata buaya itu! Dan katakan, apa maksudmu melarikan Mutiara Hitam dan apa yang hendak kaulakukan tadi?”
Suma Kiat berhenti menangis, lalu memandang Kiang Liong dengan mata terbelalak dan tidak mengerti agaknya mengapa kakak misannya marah-marah.
“Dia ini….? Ah, dia ini sumoiku dan calon isteriku, Piauw-heng. Dia akan menjadi isteriku. Kau tanya saja kepadanya!”
Kwi Lan cepat berkata. “Suma Kiat! Engkau memang gila dan jahat. Kau hendak memperkosaku dan sejak kemarin menotokku, siapa ingin menjadi isterimu?
Tunggu saja, kalau sudah bebas aku akan membunuhmu!” “Heh….? Tapi…. tapi…. malam tadi kau berjanji…. kau akan menyerah pagi ini…. kau….”
Kiang Liong kini mengerti duduknya perkara. Kiranya Mutiara Hitam telah berhasil meloloskan diri malam tadi dengan jalan memberi janji dan mengulur waktu.
Ia menjadi marah sekali, melangkah maju dan tangannya bergerak. “Plak-plak-plak-plak!” Empat kali kedua pipi Suma Kiat ditampar.
Biarpun Suma Kiat berusaha mengelak dan menangkis, namun tetap saja tamparan-tamparan itu mengenai kedua pipinya sampai matang biru!
Ia terhuyung-huyung mundur beberapa langkah, meraba kedua pipinya lalu mewek, menangis! “Piauw-heng…. Piauw-heng…. kau…. kau mau bunuh aku….?” Ia mundur-mundur ketakutan.
Kiang Liong menggigit bibir, “Kalau engkau bukan adik misan, atau kalau engkau sudah berhasil berbuat keji, tentu kau sudah kubunuh sekarang juga. Hayo, pergilah sebelum aku bunuh engkau!”
Suma Kiat membalikkan tubuh lalu…. lari secepatnya meninggalkan kuil itu sambil berteriak-teriak menangis dan memegangi kedua pipinya!
Kiang Liong menghampiri Kwi Lan, lalu membebaskan totokan di punggung. Kwi Lan bangkit duduk perlahan. Tubuhnya kaku dan sakit-sakit karena terlalu lama lumpuh.
Setelah duduk bersila sejenak dan tenaga serta jalan darahnya pulih, ia lalu bangun berdiri. Kiang Liong sudah berada di luar kuil, tadi membiarkan dia beristirahat.
Kiang Liong sudah duduk bersila di luar kuil, memangku yang-khim, Kwi Lan berhenti dan mendengarkan, terpesona.
Indah bukan main petikan Yang-khim itu, suaranya mengalun merdu, kemudian mendengar suara pemuda itu bernyanyi, suaranya halus dan mengandung ketenangan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader