BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Namun juga menimbulkan haru dan iba. Mutiara Hitam berdiri tertegun, tak bergerak beberapa meter di belakang pemuda itu.
Bahkan kuda yang ditinggalkan Suma Kiat dan berada di belakang pemuda itu pun diam, seakan ikut mendengarkan.
“Matahari cerah menerangi bumi dan angkasa tidak menembus hatiku tetap gelap dan gelisah hanya sepatah kata kuharapkan dirimu pengusir gelap dan resah.”
Dengan iringan suara yang-khim, nyanyian berhenti dan heninglah keadaan sekeliling tempat itu, Kiang Liong masih duduk bersila memangku yang-khim, tak bergerak seperti arca orang melamun.
Kwi Lan menarik napas panjang, melangkah maju dan memanggil. “Kiang-kongcu….“ Kiang Liong terkejut, bangkit berdiri, mengalungkan yang-khim di punggung dan membalikkan tubuh.
Mereka berdiri berhadapan, pandang mata mereka bertemu, masing-masing seperti hendak menjenguk isi hati. Perlahan-lahan kedua pipi Kwi Lan menjadi merah.
Dalam nyanyian tadi dia merasa seakan-akan pemuda ini bicara kepadanya, seakan-akan dari dialah pemuda itu mengharapkan sepatah kata pengusir gelap dan resah!
Dengan perasaan wanitanya yang kini amat tajam karena berkali-kali menerima pernyataan cinta, Kwi Lan merasa bahwa pemuda yang perkasa ini.
Pemuda yang terkenal di kota raja, pemuda idaman setiap wanita remaja, murid Suling Emas, agaknya juga…. jatuh cinta kepadanya! Jelas tersinar dari pandang mata itu! Kwi Lan menunduk, lalu berkata.
“Kiang-kongcu, kau telah menolongku, membebaskan aku daripada malapetaka. Terimalah ucapan syukur dan terima kasihku, Kongcu.”
Kiang Liong menjura, “Ah. Nona mengapa banyak sungkan? Kita sudah pernah senasib sependeritaan di dalam kamar tahanan Bouw Lek Couwsu, kita bersama sudah lolos dari lubang jarum di sana. Apa artinya perbuatanku tadi?
Agaknya memang nasib Nona harus mengalami banyak kaget dan ancaman bahaya, namun selalu terhindar ini membuktikan bahwa orang baik selalu dilindungi Thian.”
Kwi Lan bergidik. “Tidak sangka…., Suheng makin gila….“ “Maafkanlah dia, Nona. Suhengmu atau adik misanku itu patut dikasihani. Dia tidak normal dan…. dan baru saja kehilangan ibunya….“
Kwi Lan menggerakkan pundak. Sukar baginya untuk memaafkan Suma Kiat, biarpun ia tahu bahwa pemuda itu gila, setelah apa yang diiakukan Suma Kiat terhadap dirinya.
Menggigil ia kalau ingat pipinya dicium, tubuhnya dipeluk semalaman. Hih, masih untung tidak tercapai maksudnya yang keji!
Cepat-cepat ia mengusir kenangan mengerikan ini dan mengalihkan percakapan. “Apa yang terjadi di markas Bouw Lek Couwsu, Kongcu?
Bagaimana Kongcu dapat lolos dan bagaimana dengan…. Pangeran…. dan teman-teman yang lain?” Berdebar jantung Kwi Lan teringat akan Pangeran Talibu, penuh kekhawatiran.
“Suhu datang setelah gurumu tewas dan berhasil menewaskan Bu-tek Siulam …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader