BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Berpisah, Yan Hwa, aku tidak cinta padamu akan tetapi aku takkan pernah dapat melupakanmu. Kau bersembunyi di sini dan tunggu sampai ada teriakan kebakaran.”
Yan Hwa mengangguk dan melihat bayangan pemuda itu berkelebat lenyap. Tak lama kemudian, benar saja seperti yang dipesankan Suma Hoat.
Tampak sinar api dan asap membubung tinggi dan terdengar teriakan-teriakan, “Kebakaran….! Kebakaran….! Tolong…. padamkan api….!”
Ributlah keadaan di situ dan setelah Yan Hwa melihat para penjaga yang tadinya berkumpul di pintu, berlari-lari membawa ember dan lain-lain alat pemadam kebakaran.
Dia cepat menyelinap memasuki pintu dan menuruni anak tangga ke bawah. Dilihatnya Ji Kun meringkuk rebah miring di atas bangku di dalam sebuah kamar tahanan yang terbuat dari besi.
Pintu dan jendelanya kuat sekali, akan tetapi beberapa kali bacokan dengan pedang Li-mo-kiam, Yan Hwa sudah berhasil membuka pintu.
“Sumoi….! Bagaimana kau bisa bebas….?” “Sstt, bukan waktunya bicara.” Yan Hwa menggunakan pedangnya mematahkan belenggu kaki tangan Ji Kun.
Kemudian ia menyerahkan Lam-mo-kiam kepada suhengnya dan menarik tangannya, mengajak keluar dari tempat itu.
“Bagus, agaknya engkau telah memancing mereka dengan kebakaran, Sumoi! Mari kita amuk dan binasakan mereka sebelum pergi dari sini!”
Ji Kun berkata setelah mereka keluar dari tempat tahanan di bawah tanah dan dia menyaksikan api yang berkobar tinggi dan orang-orang yang sibuk memadamkan api.
“Hushhh, jangan, Suheng. Setelah susah payah aku berhasil membebaskan kita berdua, apakah akan kaurusak dengan memasuki bahaya tertawan lagi? Hayo kita pergi, ikut dengan aku!”
Dengan mengikuti petunjuk yang diterimanya dari Suma Hoat, akhirnya Yan Hwa berhasil membawa suhengnya keluar dari istana dan tembok kota Siang-tan.
Kemudian melarikan diri secepatnya di dalam cuaca remang-remang karena pagi telah tiba. Baru setelah lewat tengah hari dan mereka sudah jauh sekali di sebelah utara kota Siang-tan.
Dan napas mereka mulai memburu, tubuh penuh keringat, kedua orang ini berhenti mengaso di sebuah hutan kecil.
Bahkan Yan Hwa yang amat lelah dan semalam suntuk berenang dalam lautan cinta bersama Suma Hoat sehingga tubuhnya terasa lemas, segera tertidur pulas di bawah pohon, dihembus angin semilir sejuk.
Ji Kun memandang sumoinya yang tidur nyenyak dan diam-diam ia merasa terheran-heran melihat wajah sumoinya mangar-mangar, bibirnya tersenyum dalam tidurnya.
Sumoinya kelihatan seperti orang yang bergembira, penuh kepuasan, sama sekali bukan seperti orang yang habis tertawan.
Dan bagaimanakah sumoinya dapat menolongnya sedang pihak musuh demikian banyak dan lihai? Bagaimana pula dapat merampas kembali Lam-mo-kiam?
Apa yang terjadi dengan Maya dan kedua orang perwira pembantunya? Dia tadi tidak sempat bicara karena mereka harus melarikan diri secepatnya dan begitu mereka berhenti mengaso.
Yan Hwa sudah merebahkan diri dan tidur nyenyak!…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader