BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Cangkul, kemudian menghadapi Han Ki sambil memandang penuh perhatian. Seorang di antara mereka bertanya.
“Maaf…., apakah Taihiap yang gagah perkasa ini bukan sahabat mendiang Hoat Bhok Lama?” “Sahabatnya? Dan apa kaubilang? Mendiang? Jadi manusia iblis itu sudah mati?”
Enam orang itu menarik napas lega. “Uihh, kiranya Taihiap bukan sahabatnya. Maafkanlah kami karena tadi kami menyangka bahwa Taihiap adalah seorang sahabatnya, maka kami segera menyerang.
Memang dia sudah tewas, juga semua kaki tangannya, Taihiap. Kami bersyukur sekali, dan sebelum kami melanjutkan cerita, bolehkah kami mengetahui siapa Taihiap ini?
Apakah masih sahabat Suma-taihiap, atau Im-yang Seng-cu, dan kenalkah Taihiap kepada Bu-tek Lo-jin?” Han Ki sudah mendengat nama besar Im-yang Seng-cu tokoh Hoa-san-pai itu.
Dan nama besar Bu-tek Lo-jin tentu saja sudah didengarnya. Hanya sebutan Suma-taihiap itu membuat ia terkejut karena dia tidak tahu siapa sedangkan she-nya mengingatkan dia akan keluarga Suma yang jahat sekali.
“Namaku Kam Han Ki, dan aku mencari kedua orang enciku, Kam Siang Kui dan Kam Siang Hui.” “Ahhhhh…., mengapa Taihiap datang terlambat….?”
Enam orang itu mengeluh dan tiba-tiba mereka menjatuhkan diri berlutut di depan Han Ki dan menangis! Persis seperti yang dilakukan petani bekas anggauta Beng-kauw di Tai-hang-san itu.
“Bangkitlah, jangan seperti anak kecil. Kalau Hoat Bhok Lama sudah tewas, demikian pula kaki tangannya, bukankah kalian seharusnya bersuka, mengapa sekarang menangis?”
Orang tertua dari mereka berkata, “Kami adalah bekas anggauta-anggauta Beng-kauw yang dipaksa menjadi anak buah Hoat Bhok Lama.
Setelah Hoat Bhok Lama dan kaki tangannya dibasmi oleh Bu-tek Lo-jin dibantu oleh Suma-taihiap dan Im-yang Seng-cu.
Kami berenam tinggal di sini, sedangkan saudara-saudara lainnya kembali ke Nan-cao untuk membangun kembali Beng-kauw yang berantakan oleh perbuatan Hoat Bhok Lama.
Akan tetapi…. ah…. Taihiap…. kedua orang kouwnio yang kami hormati dan cinta itu, mereka…. mereka telah menjadi korban dan tewas….”
Seketika pucat wajah Kan Ki, napasnya terasa sesak. Pukulan terakhir ini benar-benar amat hebat baginya, hampir saja dia roboh pingsan kalau dia tidak mengeraskan hatinya.
Dengan bibir gemetar dia berkata singkat, “Ceritakan….!” Orang tertua itu lalu menceritakan semua peristiwa yang terjadi di situ hampir dua bulan yang lalu.
Han Ki mendengarkan dengan penuh perhatian dan ia berduka sekali ketika mendengar betapa kedua orang encinya terjebak dan terpendam di bawah tumpukan batu-batu gunung.
“Di mana mereka terpendam? Lekas tunjukkan kepadaku!” Enam orang itu lalu menuju ke bukit di mana dahulu kedua orang wanita itu teruruk oleh batu-batu yang amat banyak.
Ketika Han Ki tiba di depan gundukan batu seanak gunung itu, tak tertahankan lagi air matanya bercucuran.
“Pergilah kalian, jangan ganggu aku!” bentaknya dan enam orang itu cepat menyingkir, saling pandang dan mereka …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader