BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kirinya di leher Si Jelita, tangan kanan membelai-belai rambut, mengusap leher dan pipi. “Koko….” terdengar Kim Hwa berkata lirih, suaranya mengandung kemanjaan yang amat manis terdengar oleh telinga mereka.
“Hemmm….?” Jawaban ini mengandung kemanjaan penuh dengan perasaan ingin menyayang dan disayang.
Memang cinta kasih murni menimbulkan hasrat yang tak kunjung padam, hasrat ingin memiliki dan dimiliki, ingin menyayang dan disayang, ingin memberikan seluruh hati dan tubuh di samping ingin meminta seluruhnya!
Menimbulkan hasrat ingin bersatu, ingin menjadi satu badan dan hati, satu nasib, satu kehidupan, satu perasaan!
“Suma-koko, aku cinta padamu dengan seluruh jiwa ragaku.” Suma Hoat mencium mulut yang mengucapkan kata-kata mesra itu, lalu tersenyum.
“Aku pun cinta padamu, Hwa-moi. Entah sudah berapa ratus kali ucapan ini keluar dari mulutmu yang manis, namun tak pernah aku merasa bosan, bahkan setiap kali kau berkata demikian, makin besarlah kebahagiaan hatiku.”
Hening sejenak, keduanya menikmati kehangatan pelukan. “Koko, aku…. aku takut….” Dalam kata-kata itu terkandung kegelisahan besar dan tubuhnya agak menggigil.
“Jangan takut, Moi-moi, ada aku di sampingmu, takut apakah?” Suma Hoat memperkuat pelukannya. “Kalau sudah sampai di kota raja, aku…. ah, tentu akan dikawinkan….”
“Tidak! Sudah kukatakan bahwa aku akan melindungimu dengan selu ruh jiwa ragaku! Aku akan minta bantuan ayahku yang berpengaruh untuk meminangmu dan untuk menundukkan keluarga Thio.
Jangan khawatir, engkau tentu akan menjadi isteriku, sayang, isteriku tercinta!” Kim Hwa merangkul dan kini dialah yang mencium bibir pemuda itu.
“Koko, aku telah menjadi isterimu dan akan menjadi isterimu salamanya, apa pun yang terjadi, di dunia maupun di akhirat! Lebih baik aku mati daripada pria lain menjamah tubuhku yang telah menjadi milikmu.”
Hati Suma Hoat menjadi gembira sekali dan ia ingin cepat-cepat sampai ke kota raja agar urusannya ini dapat segera diselesaikan, agar dia dapat segera menjadi suami isteri dengan Kim Hwa dan takkan terpisah lagi selamanya.
Maka dibalapkanlah kudanya, menuju ke kota raja! Ketika akhirnya Suma Hoat menurunkan Kim Hwa di depan gedung keluarga Thio dan disambut oleh bangsawan itu dan Ciok Khun yang sudah agak sembuh, hati mereka ini merasa tidak senang.
Akan tetapi, keluarga Thio tentu saja tidak berani menegur putera Suma-ciangkun sedangkan Ciok Khun yang telah ditolong.
Juga tidak berani berkata apa-apa sungguhpun hati ayah ini tidak enak karena puterinya menyusul demikian terlambat. Apa saja yang terjadi selama sehari semalam itu dengan puterinya?
Setelah menyerahkan Kim Hwa, Suma Hoat lalu membedalkan kudanya pulang ke rumah orang tuanya…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader