BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dapat dibayangkan betapa terkejut hatinya ketika di lereng pegunungan itu, seorang petani menjawab pertanyaannya tentang tokoh-tokoh Beng-kauw.
“Di puncak sana sudah tidak ada orang lagi, yang ada hanya kuburan-kuburan!” Mendengar ini, Han Ki cepat berlari mendaki puncak.
Dan tak lama kemudian ia berdiri termangu-mangu di depan pondok yang sudah rusak dan di depan sebaris kuburan yang tidak terawat lagi.
Dengan hati kosong ia melihat nama tokoh-tokoh Beng-kauw di situ, dan di antaranya terdapat nama Kauw Bian Cinjin!
Ia menjatuhkan diri berlutut di depan kuburan paman kakeknya dan membayangkan wajah paman kakek ini yang dulu pernah dilihatnya di waktu ia masih kecil.
Kemudian ia meneliti dan memeriksa dengan hati tidak karuan mencari kuburan kedua encinya.
Akan tetapi harapannya timbul kembali ketika ia tidak melihat nama Kam Siang Kui dan Kam Siang Hui di antara mereka yang terkubur di situ.
Kenyataan ini membesarkan hatinya karena berarti bahwa kedua orang encinya itu tidak ikut mati! Semua kuburan, di bawah nama masing-masing yang terkubur terdapat tulisan.
“Gugur dalam mempertahankan Beng-kauw”. Dia makin bingung karena tidak tahu apakah yang telah terjadi dengan Beng-kauw?
Ia teringat akan petani tadi, maka kini tanpa mempedulikan kelelahan tubuhnya ia lari lagi menuruni puncak untuk mencari petani tadi.
“Paman, mohon tanya di mana adanya kedua orang wanita yang bernama Kam Siang Kui dan Kam Siang Hui, yang dahulu tinggal di puncak bersama Kakek Kauw Bian Cinjin?”
Kakek petani itu menghela napas panjang sebelum menjawab. “Kau maksudkan Ji-wi Kam-kouwnio? Aihhhh…. sungguh kasihan mereka. Bagaimana aku tahu di mana mereka itu berada?
Semenjak Beng-kauw jatuh ke tangan orang lain, kedua orang kouwnio itu sajalah yang masih hidup, lalu mereka pergi entah ke mana….” Suara orang itu penuh duka dan keharuan.
“Aihh, mereka sungguh orang-orang yang amat mulia, sungguh aku heran sekali mengapa kadang-kadang Thian tidak memberkahi orang-orang yang baik hati?”
“Paman, siapakah yang telah menjatuhkan Beng-kauw? Dan di mana sekarang pusat Beng-kauw?” Kini petani memandang Han Ki penuh kecurigaan.
“Engkau ini siapakah, orang muda? Aku mana tahu tentang Beng-kauw?” Kam Han Ki yang maklum bahwa orang ini mencurigainya, cepat mengaku terus terang.
“Namaku Kam Han Ki, adapun kedua orang Kam-kouwnio itu adalah enciku.” Tiba-tiba petani itu menjatuhkan diri berlutut di depan Han Ki dan menangis.
Han Ki cepat membangunkan orang itu yang segera menyusut air matanya dan bercerita, “Saya dahulu juga seorang anggauta Beng-kauw.
Ketika itu muncul seorang bernama Hoat Bhok Lama yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dialah orangnya yang menjatuhkan Beng-kauw.
Merobohkan semua tokoh-tokohnya kecuali kedua Kam-kouwnio yang berhasil melarikan diri. Anak buah Beng-kauw dipaksa untuk menjadi pengikutnya.
Dan hanya beberapa orang saja termasuk saya sendiri yang dapat melarikan diri karena tidak sudi menjadi anggauta Beng-kauw baru yang dipimpin …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader