BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Majulah, petani busuk!” Tosu itu membentak dan sudah siap dengan pasangan kuda-kuda kakinya.
Karena dia melihat lawannya yang berpakaian sederhana itu bertangan kosong, maka tosu ini pun tidak mau mengeluarkan senjatanya.
Namun diam-diam ia membuka gulungan ujung lengan bajunya sehingga menjadi longgar dan panjang karena kedua ujung lengan bajunya itu baginya merupakan senjata yang cukup ampuh.
“Taijin, kami datang bukan untuk bertanding, akan tetapi kalau Taijin memaksa dan menghendaki kami memperlihatkan kepandaian, apa boleh buat!” kata Coa Leng Bu dengan suara tenang.
“Tak perlu mencari muka, sambut tanganku!” Tosu itu membentak dan tubuhnya sudah menerjang maju, kepalan tangan kirinya menampar muka lawan, disusul dengan tusukan jari tangan kiri ke arah perut.
“Plak-plakk!” Coa Leng Bu menangkis dengan gerakan tangkas dan kuat sehingga kedua tangan lawan itu terpental, kemudian ia melangkahkan kaki telanjang ke depan.
Langsung menggunakan tangan kirinya yang menangkis tadi untuk balas memukul dada lawan dengan telapak tangan terbuka.
Tosu itu tadi sudah terkejut sekali karena mendapat kenyataan betapa tangkisan lawan yang dipandang rendah sebagai petani busuk itu ternyata mengandung sin-kang yang amat hebat dan yang membuat kedua lengannya tergetar.
Maka kini dia tidak berani memandang rendah, ketika dorongan telapak tangan lawan tiba, ia cepat mengelak dan balas menyerang mengandalkan kecepatan ilmu silatnya.
Coa Leng Bu menghadapi lawan dengan sikap tenang karena ia maklum bahwa dia akan mampu mengalahkan lawan ini, hanya dia harus dapat menang tanpa membunuh lawan.
Siauw Bwee yang merasa lega karena dalam beberapa gebrakan saja dia pun maklum bahwa supeknya itu tidak akan kalah, kini mencurahkan perhatiannya kepada Kam Han Ki yang masih duduk termenung di jendela.
Dia terheran-heran dan hatinya gelisah bukan main. Tidak mungkin kalau suheng nya sengaja bersikap seperti itu!
Dia sudah mengenal betul suheng nya, sudah bertahun-tahun tinggal bersama suhengnya di Pulau Es. Suhengnya adalah seorang pemuda yang gagah perkasa.
Seorang laki-laki sejati, seorang yang berhati mulia. Andaikata suheng nya itu marah kepadanya sekalipun karena dia melarikan diri dari Pulau Es.
Tidak mungkin sekarang suhengnya mengambil sikap seperti tidak kenal padanya. Ah, tidak mungkin!
Pasti terjadi sesuatu yang amat hebat atas diri suheng nya dan agaknya hanya koksu itu saja yang mengetahuinya! Dugaan yang dikhawatirkan Siauw Bwee memang benar.
Laki-laki itu bukan lain adalah Kam Han Ki. Mengapa ia bersikap seperti itu dan seperti tidak mempedulikan keadaan sekelilingnya dan hanya ada reaksi kalau ditegur oleh Koksu?
Hal ini sebetulnya sudah terjadi sejak beberapa bulan yang lalu dan untuk mengetahui sebab-sebabnya marilah kita mengikuti pengalaman Kam Han Ki.
Semenjak dia menderita siksa batin melihat bekas kekasihnya, Puteri Sung Hong Kwi, meninggal dunia dalam keadaan sengsara.
Seperti telah diketahui, tekanan batin membuat Han Ki menjadi seperti gila dan dia mengamuk dan menyebar maut pada pasukan-pasukan Mancu yang dianggap sebagai …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader