BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menembus di puncak tebing di daerah orang-orang liar anak buah Ouw-pangcu. Siauw Bwee dan Coa Leng Bu masih mengamuk.
Tidak tahu bahwa Ouw Teng dan Yu Goan sudah ditawan dan dibawa lari. Tiba-tiba terdengar suara melengking nyaring,
“Tahan semua senjata! Hentikan semua pertempuran!” Mereka semua menoleh dan seketika pertandingan berhenti.
Tak jauh dari mereka telah berdiri kakek Lie Soan Hu, ketua lembah yang buntung pundak kanannya.
Dengan tangan kiri mengangkat bendera hitam tinggi-tinggi, kakek itu ternyata tidak kehilangan suaranya seperti para penderita lain, berkata,
“Ang Hok Ci manusia jahat…. kitab peninggalan Suhu dirampas dan dilarikan….! Sute…. lekas kejar….!” Setelah berkata demikian, kakek itu roboh pingsan.
Biarpun luka di pundaknya tidak mengeluarkan darah, akan tetapi tentu saja dia menderita hebat sekali.
Pucat wajah Si Tukang Obat mendengar itu. Dia tahu kitab apa yang dimaksudkan, maka cepat dia berteriak,
“Hai, kalian orang-orang yang telah berdosa! Baru sekarang kalian tahu bahwa kalian telah ditipu oleh manusia she Ang itu!
Siapa di antara kalian yang mengetahui di mana adanya bangsat itu?” Beberapa orang penderita kusta menjawab sehingga terdengar suara gaduh tidak karuan yang tak dimengerti oleh Siauw Bwee.
Akan tetapi dara ini melihat wajah Si Tukang Obat menjadi terkejut, alisnya berkerut dan wajahnya membayangkan kekhawatiran hebat.
“Lekas kejar, Lihiap.” “Apa sih artinya keterangan mereka?” “Si keparat itu telah merampas kitab peninggalan Suhu.
Telah menawan Ouw-sute dan Yu-sicu dan mereka melarikan diri melalui terowongan yang menembus ke atas tebing.”
“Celaka! Mari kita kejar!” Siauw Bwee berseru dan dia cepat meloncat mengikuti Coa Leng Bu yang sudah lari menuju ke terowongan rahasia.
Yang merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan daerah lembah terpencil ini ke dunia luar melalui puncak tebing tempat tinggal Ouw-pangcu dan anak buahnya.
Siauw Bwee dan Coa Leng Bu terus melakukan pengejaran. Biarpun mereka berdua sudah tertinggal jauh.
Namun mereka dapat mengikuti jejak enam orang yang melarikan diri dan menawan Yu Goan dan Ouw Teng itu.
Jejak mereka menuju ke kota Sian-yang. Ketika mereka tiba di luar tembok kota Sian-yang, mereka melihat Yu Goan duduk termenung menghadapi sebuah kuburan baru! “Yu-twako….!”
Yu Goan melompat bangun dan memandang Siauw Bwee dan Coa Leng Bu dengan girang. Akan tetapi segera wajahnya men jadi muram ketika ia berkata,
“Bwee-moi, Gi-hu telah meninggal dunia dan inilah kuburannya,” ia menunjuk ke arah kuburan baru. “Keparat! Mereka membunuhnya?” Siauw Bwee berteriak marah.
Yu Goan menggeleng kepala. “Tidak, Bwee-moi, Gi-hu tewas karena luka-lukanya, terutama sekali karena penyakitnya yang lama kambuh kembali.”…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader