BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dia she Ang, sebaiknya kita lekas menolong Gi-hu dan keluar dari neraka ini.” “Usulmu baik sekali, Lihiap.”
Biarpun menjawab demikian, namun sikap kakek tukang obat itu jelas membayangkan kedukaan hebat. Ketika mereka tiba di luar pondok.
Kembali mereka dikepung oleh para penderita kusta dan kawan-kawan Ang-siucai. Mereka berdua melawan sambil melarikan diri untuk mencari Ouw-pangcu.
“Tentu dia ditahan dalam ruangan tahanan atau di tempat hukuman! Mari ikut aku!” Coa Leng Bu berkata sambil melawan para pengeroyok yang selalu menghadang.
Mereka mencari-cari di seluruh perkampungan lembah itu tanpa hasil. Banyak sudah pengeroyok mereka robohkan.
Namun diam-diam hati Siauw Bwee khawatir sekali karena selain tidak dapat menemukan gi-hunya, juga tidak kelihatan bayangan Yu Goan!
“Sute benar-benar kurang ajar. Aaahh, tidak kusangka dua orang suteku semua menentangku!” Ketua lembah yang sudah kekenyangan menghisap madat itu duduk sambil memijit-mijit kedua pelipisnya.
Tubuhnya bergoyang-goyang seperti orang mabok. “Pangcu, orang-orang yang memberontak itu harus dihukum.
Aku khawatir sekali kalau mereka berhasil mengacau kemudian merampas kitab-kitab yang amat penting itu.
Pangcu berjanji untuk memperlihatkan kitab-kitab itu kepadaku. Bolehkah sekarang aku melihatnya?” Ang-siucai melangkah menuju ke sebuah kamar yang daun pintunya tertutup.
“Nanti dulu, Sicu. Tidak boleh orang lain masuk ke kamar itu kecuali aku!” Ketua lembah sudah bangkit berdiri dan berjalan terpincang-pin cang ke kamar itu.
Diikuti oleh Ang-siucai yang sudah memegang goloknya lagi. “Selain kitab-kitab kuno simpananku yang tidak begitu penting bagiku.
Di sini kusimpan sebuah kitab yang amat penting dan yang kuanggap sebagai benda pusaka. Kitab itu adalah peninggalan Suhu kepada kami….”
“Kitab pelajaran Jit-goat-sin-kang?” tanya Ang-siucai dan matanya berapi-api penuh gairah. “Jit-goat-sin-kang termasuk ilmu yang berada di dalam kitab itu.
Masih ada ilmu-ilmu silat lain yang tidak dapat diturunkan kepada siapapun juga. Engkau amat baik kepadaku, Sicu.
Maka aku tidak keberatan kalau engkau melihat kitab itu, akan tetapi tidak boleh dibaca atau dibawa pergi.
Karena engkau seorang sastrawan, maka aku maklum bahwa engkau suka sekali melihat kitab-kitab kuno, mari masuk….”
Ketika memasuki kamar, ketua lembah itu terhuyung-huyung, kelihatannya lemas sekali. Diam-diam Ang-siucai menjadi girang karena dia tahu bahwa kakek ini telah mabok madat dan sebentar lagi.
Seperti biasanya, tentu akan tidak kuat menahan dan jatuh tertidur nyenyak! “Yang manakah kitab peninggalan Locianpwe Bu-tek Lo-jin itu, Pangcu?”
Kakek itu kini sudah lenggat-lenggut dan beberapa kali menguap, kemudian ia hanya dapat menuding ke arah sebuah kitab yang dibungkus kain kuning, terletak di atas meja di sudut kamar.
Kemudian ia merebahkan tubuhnya begitu saja di lantai terus tidur mendengkur! Ang-siucai girang sekali. Cepat ia menghampiri meja di sudut itu, men …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader