BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bersama Coa Leng Bu. Betapapun juga, melihat bahwa tukang obat itu tidak mau menurunkan tangan membunuh orang-orang yang masih murid keponakannya sendiri.
Yu Goan juga menggerakkan pedang secara hati-hati agar tidak sampai membunuh orang. Namun, tingkat kepandaian orang-orang lembah itu tinggi dan dia pun seperti Siauw Bwee.
Merasa jijik disamping rasa kasihan, maka kini melihat Siauw Bwee telah pergi, dia pun memutar pedang mencari jalan keluar dari kepungan.
Lalu melarikan diri ke depan meninggalkan Coa Leng Bu yang masih dikeroyok murid-murid keponakannya sendiri.
Beberapa orang penderita penyakit kusta mengejarnya, termasuk seorang berpakaian Han yang menjadi kawan Ang-siucai.
Yu Goan marah sekali terhadap orang ini karena dia tahu bahwa biang keladi semua keributan di tebing maupun di lembah ini tentulah Ang-siucai dan kawan-kawannya.
Dia dapat menduga bahwa setelah gagal di atas tebing, Ang-siucai membawa kaki tangannya dan orang-orang tebing yang dipengaruhinya melarikan diri ke lembah.
Hanya dia merasa heran mengapa sastrawan itu dapat pula menguasai lembah! Karena marahnya, tiba-tiba dia membalik dan pedangnya menyambar ke arah orang Han yang ikut mengejarnya.
Orang itu menangkis akan tetapi tiba-tiba ia menjerit keras ketika tangan kiri Yu Goan berhasil menotoknya, kemudian mengempit lehernya.
“Suruh mereka mundur sebelum kupatahkan batang lehermu!” Yu Goan mengancam dan memperkuat jepitan lengannya pada leher orang itu.
Orang itu ternyata takut mati dan cepat membentak orang-orang penderita kusta untuk mundur. Di samping sifat pengecutnya, orang itu pun cerdik sekali.
Agaknya semua kawan Ang-siucai cerdik-cerdik belaka. Orang ini maklum akan kelihaian Siauw Bwee dan Si Tukang Obat.
Maka dia ingin memancing agar mereka itu berpencar sehingga lebih mudah dikuasai kawannya. Setelah semua orang penderita kusta mundur.
Dan mereka membantu pengeroyokan kawan-kawan mereka terhadap Coa Leng Bu dan sebagian mengejar dan mencari Siauw Bwee yang melarikan diri, orang itu berkata.
“Ampunkan saya, Taihiap….” “Hemm, manusia busuk! Karena engkau menuruti permintaanku, aku tidak akan membunuhmu, akan tetapi kau harus memberi tahu kepadaku di mana Ouw-pangcu ditahan!”
Diam-diam orang itu menjadi girang. “Ahhh, kalau begitu cepat, Taihiap. Engkau bisa terlambat. Mereka…. mereka tadi sedang menggiring Ouw-pangcu ke tempat pembakaran mayat, hendak membakarnya!”
“Apa?” Yu Goan terkejut sekali. “Dia…. dia…. sudah mati….?” “Tidak, Taihiap. Belum, akan tetapi tentu akan mati kalau kau terlambat. Mereka hendak membakarnya hidup-hidup!”
“Keparat! Di mana tempat itu?” “Mari kutunjukkan padamu.” “Awas kalau kau menjebakku, aku akan menyayat-nyayat tubuhmu menjadi lebih rusak daripada orang-orang yang dimakan kusta itu!”
Yu Goan mengancam. “Aku tidak menipumu, Taihiap.” …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader