BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Hidup bersunyi diri di tempat ini, mengumpulkan obat-obat untuk kuberikan kepada anak buah suheng di lembah dan anak buah sute di atas tebing.
Murid ke tiga adalah Ouw-sute sendiri. Setelah Lie-suheng menderita penyakit kusta, dia menjadi penyabar sekali, bahkan tidak pernah keluar dari lembah.
Sungguhpun amat mengherankan kalau sekarang dia menyuruh pembantu-pembantunya menangkap Ouw-sute.
Apalagi semua itu dilakukan tanpa memberi tahu kepadaku. Hemm, benar-benar peristiwa itu mencurigakan sekali dan agaknya perlu kuselidiki sendiri.
Kalian jangan khawatir. Biarlah aku menyertai kalian turun ke lembah dan dari tempat ini memang ada jalan rahasia ke lembah yang lebih mudah dilalui.
Tentu saja dengan kepandaian yang kalian miliki, tanpa melalui jalan rahasia itu pun kalian akan dapat mencapai lembah, akan tetapi selain hal itu akan makan waktu lama dan perjalanan yang sukar sekali.
Juga berarti kalian akan menjadi seorang yang melanggar larangan. Mari kita pergi sekarang sebelum terlambat.
Karena aku menduga bahwa seperti halnya di atas tebing, di lembah sana terjadi sesuatu yang tidak wajar.
Sudah terlalu lama aku tidak pernah datang ke lembah atau ke tebing, obat-obat itu hanya diambil saja oleh anak buah yang disuruh Sute atau Suheng.”
Girang sekali hati kedua orang muda itu. Mereka segera mengikuti Coa Leng Bu pergi meninggalkan pondok dan menuruni tebing melalui jalan turun yang bukan merupakan jalan.
Melainkan rangkaian akar-akar dan batu-batu yang sengaja dibuat untuk jalan naik turun. Karena “jalan” ini tertutup oleh tetumbuhan.
Maka kalau tidak bersama kakek itu, tentu Siauw Bwee dan Yu Goan tak mungkin akan dapat menemu kannya.
Jalan ini bukanlah jalan mudah bagi orang biasa, akan tetapi bagi mereka bertiga merupakan jalan yang amat mudah.
Bergantung sana-sini melompati sana-sini dan mereka dapat turun dengan cepat sekali. Dua orang muda itu merasa girang karena perjalanan kali ini jauh lebih mudah dan cepat daripada yang mereka lakukan kemarin.
Tak lama kemudian mereka sudah mencapai lembah. Akan tetapi, begitu ketiganya melompat turun, mereka diserbu oleh belasan orang penderita kusta dan orang-orang penghuni tebing yang tadinya memberontak.
Juga tampak beberapa orang berpakaian Han yang ikut menyerbu. “Merekalah yang memberontak di atas tebing!” seru Yu Goan.
Coa Leng Bu menjadi marah sekali. Ia melompat maju dan membentak, “Mundur semua! Apakah kalian tidak mengenal aku lagi?”
Akan tetapi orang-orang itu tidak menjawab dan terus menyerangnya! “Keparat! Setan busuk, mana Suheng?
Suruh dia keluar sebelum aku membunuh kalian semua, keparat!” Akan tetapi orang-orang itu telah menyerbunya dan Coa Leng Bu cepat menggerakkan kaki tangannya merobohkan dua orang penderita kusta.
Akan tetapi mereka tidak mundur bahkan kini menerjang dengan senjata-senjata mereka. “Twako, kita berpencar, mencari Gi-hu!”
Siauw Bwee berseru sambil melawan pengeroyokan orang yang menjijikkan itu. Karena tidak tahan harus bertanding melawan orang-orang yang begitu mengerikan.
Setelah mengelak ke sana-sini, Siauw Bwee melesat jauh dan mulai mencari gi-hunya yang tertawan. Yu Goan mencabut pedangnya dan mengamuk …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader