BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Berani mempergunakan Jit-goat-sin-kang yang belum dilatih sempurna itu, maka dia mengerahkan seluruh tenaga sin-kang yang ia latih di Pulau Es sesuai dengan ajaran Bu Kek Siansu dan petunjuk suhengnya.
Tampah yang sudah meluncur turun itu tiba-tiba terhenti, kemudian bergerak lagi, bukan ke arah Siauw Bwee, melainkan berputaran turun dan hinggap dengan lunaknya ke atas dipan yang masih kosong, persis seperti lontaran kakek itu tadi.
Hanya kini tampah itu agak tergetar karena ada dua tenaga sin-kang raksasa yang mengemudikannya dari arah berlawanan!
“Tahan dulu, Locianpwe!” Siauw Bwee sudah berseru dan melompat keluar dari tempat sembunyinya, lompatannya seperti kilat karena dia mempergunakan gerakan kaki kilat.
Sehingga tahu-tahu tubuhnya sudah muncul di depan kakek itu dalam jarak enam meter terhalang dipan penjemur obat-obatan di atas tampah-tampah.
Sejenak kakek itu memandang dengan alis berkerut, matanya terbelalak penuh keheranan dan agaknya dia masih tidak mau percaya bahwa yang tadi menahan tampahnya, yang memaksa tampahnya itu melayang turun, hanyalah seorang dara remaja.
“Bagus! Coba engkau tahan ini!” serunya dan tampah terakhir yang berada di tangannya itu ia lemparkan ke udara, kini bukan dengan sebelah tangan.
Melainkan dengan kedua tangan. Kedua tangannya itu tetap terpentang karena dari kedua telapak tangannya meluncur hawa sin-kang yang “mengemudikan” tampah berisi bahan obat itu.
Siauw Bwee maklum bahwa kakek itu kini mengerahkan tenaga sin-kang yang besar sekali karena tidak hanya tampah itu berputaran di udara.
Akan tetapi juga isinya ikut berputaran di atas tampah. Dan dengan menggunakan tampah menyerangnya, dia dapat menduga bahwa kakek itu menganggap dia dan Yu Goan sebagai orang luar yang lancang masuk.
Maka kini hendak mengujinya, bukan hendak menyerang dengan niat jahat, maka ia pun lalu mengerahkan kedua tangan diulur dan dikembangkan ke depan.
Hawa sin-kang yang kuat meniup keluar dari kedua tangannya, membubung ke atas menerima tampah itu.
Tampah yang berpusing di udara itu tiba-tiba berhenti dan mengambang di udara seolah-olah terpegang tangan yang kuat lalu perlahan-lahan tampah itu melayang kembali ke arah pelemparnya.
Kakek itu terkejut sekali, lalu membusungkan dadanya, mengerahkan seluruh tenaga dan Siauw Bwee merasa betapa dari tubuh kakek itu keluar hawa yang panas sekali.
Ia cepat mengerahkan Im-kang yang dingin untuk melawannya. Tiba-tiba hawa dari kakek itu berubah dingin pula, dan Siauw Bwee yang sengaja hendak menguji pula.
Segera merobah sin-kangnya menjadi Yang-kang. Tampah itu seperti hidup. Sebentar bergerak ke arah Siauw Bwee, akan tetapi hanya sdbentar karena kembali terdorong ke arah Si Kakek.
Dorong-mendorong ini terjadi beberapa menit lamanya dan akhirnya tampah itu terus bergerak perlahan, sedikit demi sedikit menuju ke arah Si Kakek yang makin terkejut dan memandang terbelalak.
Akhirnya ia berseru keras melompat ke kiri dan menurunkan kedua lengannya. Tampah itu jatuh ke bawah, hancur dan isinya berantakan.
Akan tetapi seperti tampah yang hancur bagaikan diremas-remas itu, isinya juga remuk pecah-pecah dan ada yang gosong seperti terbakar! …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader