BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Baik…. heiii, ada rumahnya di sana!” Yu Goan yang merayap di sebelah depan tiba-tiba menuding.
Benar saja, dari lereng tebing itu mereka melihat dua pondok kecil sederhana di dataran itu, tanda bahwa di sana ada manusianya!
Hal ini mendorong semangat mereka dan mereka merayap ke arah dataran itu, kemudian meloncat turun di atas tanah yang rata.
Dengan hati-hati mereka berjalan ke tengah menghampiri dua buah pondok sederhana yang modelnya sama dengan pondok-pondok tempat kediaman Ouw-pangcu dan anak buahnya.
Bahkan dua pondok itu lebih sederhana lagi. Setelah dekat dan menghampiri pondok dari depan, tiba-tiba mereka berhenti dan cepat menyelinap di balik pohon.
Mereka melihat seorang laki-laki tua sedang keluar dari pondok membawa setumpuk tampah berisi benda-benda kecil seperti daun-daun kering, akar-akar dan buah-buahan kering.
Laki-laki itu usianya sebaya dengan Ouw-pangcu, hanya rambut dan kumis jenggotnya masih banyak hitamnya.
Bajunya ringkas dan sangat sederhana, tanpa lengan sehingga lengan dan sebagian pundaknya tampak.
Celananya hitam dan digulung di bagian bawahnya, sampai ke lutut. Tiba-tiba kakek itu berhenti di depan pondoknya.
Kemudian dengan tangan kiri menyangga tumpukan tampah yang jumlahnya belasan buah itu, dia mengambil tampah teratas dengan tangan kanan dan sekaligus menggerakkan tangan.
Tampah itu terlempar ke udara dan berputar-putar seperti hidup tanpa menumpahkan isinya sedikit pun! Tampah pertama masih melayang-layang ketika tampah ke dua.
Ke tiga dan ke empat menyusul sehingga dalam beberapa detik saja belasan buah tampah melayang-layang di udara seperti sekumpulan burung-burung mencari tempat bertengger.
Kemudian tampah-tampah itu meluncur turun dan tiba di atas depan dipan yang dipasang di depan pondok sebagai tempat penjemuran.
Jatuh dengan lunak tanpa ada isinya yang terlempar keluar dan dalam keadaan berderet-deret rapi seperti diatur dan diletakkan oleh tangan yang tidak kelihatan!
“Bukan main….!” Yu Goan berbisik dan Siauw Bwee diam-diam kagum sekali, dan maklum bahwa kakek itu memiliki tenaga sin-kang yang sudah dapat diatur sedemikian rupa.
Sehingga tenaga loncatan tampah-tampah tadi pun di “kendalikan” oleh tenaga sin-kang! Dan dia pun menduga bahwa tentu kakek itu sudah tahu akan kedatangan mereka.
Karena demonstrasi tenaga sin-kang tadi, tentu dikeluarkan hanya dengan satu tujuan, yaitu sengaja diperlihatkan orang untuk menggertak.
Kalau kakek itu tidak tahu bahwa mereka datang dan hendak menggertak orang asing yang datang, perlu apa main-main dengan tenaga sin-kang seperti itu?
Maka ia bersikap waspada dan memandang kakek itu penuh perhatian. Kini di tangan kakek itu tinggal dua tampah lagi.
Tiba-tiba kakek itu mengambil sebuah tampah, mengeluarkan suara bentakan nyaring dan tampah itu “melayang” berputaran menuju ke arah Siauw Bwee dan Yu Goan.
Dengan kecepatan kilat seperti seekor burung garuda menyambar dua ekor domba! “Celaka!” Yu Goan berseru dan pemuda itu sudah mencabut pedangnya.
Akan tetapi Siauw Bwee menyentuh lengan pemuda itu, kemudian dara sakti ini menggerakkan kedua lengan mendorongkan kedua telapak tangan ke atas, ke arah tampah yang meluncur turun. Dia tidak …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader