BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ahhh…. sudah mengerti namun tetap tidak dapat mengalahkan perasaan sendiri, betapa lemah dan bodohnya aku, lebih bodoh dan lebih lemah daripada engkau, Twako.”
Tiba-tiba Siauw Bwee menangis, teringat akan Han Ki, teringat akan Maya, teringat akan cintanya yang masih berbelit-belit itu karena dia tidak tahu kepada siapakah sesungguhnya Han Ki mencinta.
Cinta seorang pria terhadap wanita, cinta yang tak dapat dibagi-bagi, kepada dia ataukah kepada Maya?
Yu Goan menjadi terharu dan merasa kasihan sekali. Ia merangkul pundak Siauw Bwee, menepuk-nepuk punggungnya perlahan sambil berkata,
“Bwee-moi, kasihan engkau….! Engkau sedang menderita, ditambah oleh gangguan lagi.”
Tenanglah, Bwee-moi, aku berjanji takkan mengganggumu lagi dan aku akan bersembahyang setiap saat kepada Tuhan semoga engkau akan berbahagia dalam cinta kasihmu itu.”
“Terima kasih, Yu-twako, engkau baik sekali.”
Tiba-tiba kedua orang ini tersentak kaget dan meloncat berdiri ketika pada saat itu terdengar suara hiruk-pikuk kentongan-kentongan bambu yang dipukul bertalu-talu.
Tanpa bicara keduanya melesat meninggalkan tempat itu, kembali ke perkampungan dan mereka melihat orang-orang lari tergopoh-gopoh berkumpul di depan pondok Ouw-pangcu.
Ketika melihat dari jauh wajah Ouw-pangcu dan wajah anak buahnya kelihatan tegang, Siauw Bwee dan Yu Goan tidak mau mengganggu.
Hanya memandang bengong ketika melihat Ouw-pangcu memimpin anak buahnya, berbondong-bondong lari menuruni bukit memasuki hutan.
Siauw Bwee dan Yu Goan saling berpandangan, kemudian mereka bergerak mengikuti rombongan itu dari belakang.
Sudah lama Siauw Bwee dan Yu Goan mempunyai keinginan bertemu dengan penghuni lembah di bawah.
Atau setidaknya ketuanya karena mereka itu adalah orang-orang yang menerima pendidikan langsung dari Bu-tek Lo-jin, yang kasian dengan penyakit kusta yang mereka derita.
Biarpun mereka mendengar dari Ouw-pangcu bahwa Bu-tek Lo-jin sudah lama sekali meninggalkan daerah itu.
Namun menurut Ouw-pangcu, ilmu kepandaian para tokoh penderita kusta itu amat tinggi dan karena inilah maka Siauw Bwee dan Yu Goan ingin sekali bertemu dan menyaksikan sendiri keadaan mereka.
Akan tetapi menurut penuturan Ouw-pangcu, tidak ada seorang manusia boleh turun ke lembah, pula tidak ada jalan menuruninya, kecuali jalan rahasia yang dikuasai oleh orang-orang lembah penderita kusta.
Kini melihat kesibukan itu, dan ketegangan yang tampak pada wajah Ouw-pangcu dan anak buahnya, Siauw Bwee dan Yu Goan menduga-duga.
Bahwa tentu ada urusan yang menyangkut orang-orang lembah yang penuh rahasia itu. Siauw Bwee dan Yu Goan yang mengikuti rombongan itu memasuki hutan yang belum pernah mereka datangi.
Mereka menerobos ke sana ke mari, melalui hutan yang penuh pohon-pohon raksasa, kemudian melintasi padang rumput yang tinggi dan tebal.
Melalui tanaman-tanaman berduri yang agaknya sudah bertahun-tahun tidak dilalui manusia. Dari jauh terdengar suara melengking tinggi dan agaknya ke arah suara itulah mereka menuju.
Rombongan itu berhenti di dalam sebuah hutan, tak jauh dari sebatang pohon raksasa yang amat besar dan tua.
Di bawah pohon ini tampak sebuah batu besar yang dilihat dari jauh berbentuk sebuah kepala raksasa …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader